REPUBLIKA.CO.ID, NABIRE, PAPUA -- Hiu paus (rhincodon typus) yang muncul hampir sepanjang tahun di Teluk Cenderawasih menarik penyelam berkunjung ke Desa Kwatisore, Nabire, Papua. Padahal sebelumnya, individu berukuran lebih dari 12 meter ini sempat dimusuhi warga karena bersaing dalam mendapatkan ikan puri.
Tak jarang ikan terbesar ini tersangkut jaring dan diusir dengan benda tajam sehingga tubuhnya luka.
Namun setelah World Wide Foundation (WWF) mengadakan penelitian disana, hiu paus memberi berkah bagi warga lewat sektor pariwisata. Tubuhnya yang besar
dengan pertumbuhan yang lambat membuat ikan ini harus dilindungi. Apalagi mengingat tiket masuk mengunjungi Desa Kwatisore terbilang murah, hanya Rp 3.000 per kepala.
"Harus ada upaya bersama menjaga Gurano Babintang (sebutan lokal untuk hiu paus)," ujar Kepala Desa Kwatisore, Mathias, Ahad (22/12).
Berikut yang harus dipatuhi penyelam ketika mengunjungi Gurano Babintang :
1. Jumlah penyelam dibatasi maksimal 6 orang
2. Waktu menyelam selama 30 menit dan maksimal 1 jam
3. Dilarang menyentuh, menyakiti dan memegang hiu paus. Usahakan menjaga jarak minimal 3 meter karena hiu paus senang bergerak sesukanya
4. Wajib didampingi instruktur bersertifikat dan warga desa