Senin 02 Dec 2013 20:30 WIB

Kawasan Baduy Layak Jadi Wisata Sejarah Dunia

Warga Suku Baduy di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Foto: Republika/Andina
Warga Suku Baduy di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Budaya Baduy yang berlokasi di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak bisa dijadikan wisata dunia sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. "Kita memiliki kawasan Baduiy yang bisa dijadikan objek wisata sejarah dunia dan budaya orang-orang asli," kata Tokoh muda Lebak Akhmad Kusaeni, Senin (2/12).

Ia mengatakan, pemerintah daerah ke depan nantinya membangun pusat wisata budaya Baduy.

Di sana dibangun infrastruktur, hotel dan pusat perdagangan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Sebab Lebak memiliki kelebihan dibandingkan Singapura karena terdapat kawasan suku Baduy.

Selama ini, kata dia, konservasi Baduy belum dimanfaatkan untuk kepentingan wisata sebagaimana kawasan Aborigin di Australia, suku Amish di Amerika Serikat, atau suku Incha di Manchu Pichu Peru. Membangun wisata sejarah Badui menjadi objek wisata dunia bukan mengada-ada. Ini bisa dikaitkan dengan konsep konservasi Jembatan Selat Sunda (JSS).

Kalau di Lampung dibangun kawasan konservasi Tambling, maka kita bisa minta konsesi kepada pengembangan JJS untuk membangunkan konservasi Baduy. "Saya kenal baik dengan penggagas JJS, saya bisa bantu sambungin untuk menyampaikan gagasan ini," katanya.

Menurut dia, semuanya berawal dari mimpi dan impian itulah yang diihtiarkan jadi kenyataan. Kita harus berani bermimpi, dan mimpi harus besar. Jangan setengah-setengah. Kalau saja Wright bersaudara tidak bermimpi bahwa manusia bisa terbang seperti burung, tidak mungkin kita menemukan pesawat terbang.

Kalau saja raja-raja Majapahit tidak bermimpi memiliki sebuah monumen yang menjadi warisan mereka, maka tidak mungkin ada Candi Borobudur. "Bermimpilah untuk segala kebaikan untuk Lebak, maka itu akan terjadi. Manjada wajadda," katanya.

Ia menyebutkan, untuk semua itu bisa terjadi, kuncinya adalah pendidikan. Contohlah Jepang. Ketika bom atom menghancurkan Hirosima dan Nagasaki, pertanyaan pertama Kaisar Jepang adalah: Berapa banyak guru yang selamat, berapa banyak sekolah yang tidak hancur.

Itu suatu bukti, bahwa kaisar ingin membangun kembali Jepang dari kehancuran melalui pendidikan.

Dan dalam waktu singkat Jepang berhasil bangkit kembali. "Kami memberikan apresiasi terhadap Dinas Pendidikan Lebak dengan membuka sekolah-sekolah baru untuk meningkatkan sumber daya manusia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement