Oleh Angga Indrawan
REPUBLIKA.CO.ID, Ada versi yang berbeda dari Jalan Daendels Jakarta-Bogor selepas dari kawasan Cililitan. Kemungkinan jalan ini memang bukan hanya satu garis lurus.
Babak baru penyisiran Jalan Daendels di Jakarta kami mulai dari kawasan Jatinegara. Memang begitu adanya.
Seperti diungkapkan peneliti dari Arsip Nasional, Dr Mona Lohanda, beberapa waktu lalu, memang tak ada banyak cerita yang dibuat Daendels di Batavia. Menurutnya, era Daendels lebih terpusat di Weltevreden yang saat ini dikenal dengan wilayah Gambir.
"Kastil di Batavia dihancurkan lantaran lingkungan di sana (Batavia) sudah tak lagi bersahabat," kata Mona.
Melebar jauh sekitar 30 kilometer ke selatan dari Batavia, inilah Jatinegara. Dahulu, kawasan ini dikenal dengan nama Meester Cornelis, di ambil dari nama pemilik sekaligus tuan tanah di wilayah ini, Cornelis Senen.
Meester Cornelis merupakan seorang penginjil asal Banda, Maluku, yang membangun daerah yang dulu masih dipenuhi pohon jati.
Kawasan ini merupakan wilayah kekuasaan Daendels lantaran sang gubernur sempat membangun benteng pertahanan di sini. Benteng pertahanan dibuat saat Belanda menyiapkan reaksi untuk kedatangan tentara Inggris. Jalan Daendels, kembali terkonsentrasi di sini yang kemudian mengarah menuju Bogor.
Ketua Komunitas Napak Tilas Bogor Hendra M Astari memberikan kami gambaran cukup lengkap rute Jalan Daendels dari Jakarta menuju Bogor yang memang kampung halamannya. Dijelaskan Hendra, Daendels membangun jalur ini dengan menghubungkan Jatinegara dan daerah Cililitan.
"Dari Cililitan, itulah titik awal Jalan Raya Bogor. Kalau orang tua dahulu masih menyebut Jalan Raya Bogor dengan nama Jalan Jakarta," kata Hendra.
Rute yang diberikan Hendra selaras dengan beberapa artikel yang kemudian kami telusuri. Dari kumpulan koleksi Rijksmuseum.nl, rute ini memang jalur yang menghubungkan Batavia dengan Bogor.
Dalam satu lukisan Jonathan Rach abad ke-19, terlihat kawasan Cimanggis menjadi salah satu pos perhentian. Di kawasan yang sekarang menjadi Pasar Cisalak ini zaman dulu merupakan pos bagi orang-orang yang ingin beristirahat atau mengganti kudanya.
Dari temuan itu, sementara saya menepikan semua informasi yang juga menyebut bahwa Jalan Daendels dari Cililitan melalui Pasar Minggu, Lenteng Agung, Depok, Bojong Gede, dan Cibinong.
Meski demikian, mungkin memang juga benar adanya. Jalan Raya Pos memang bukan hanya satu garis lurus. Bisa jadi, Daendels juga membangun beberapa jalan cabang yang juga menghubungkan dengan kawasan tersebut di atas.
Seperti yang juga ditulis Pramoedya, Jalan Daendels juga menyentuh Depok yang jaraknya 22 kilometer dari Bogor. Gambaran itu dituliskan Pram: "Dua puluh dua kilometer di selatan Depok, Jalan Raya Pos sampai ke Bogor. Semasa kolonial lebih dikenal dengan nama Buitenzorg, terjemahan dari Prancis, Sans Souci, yang berarti: tanpa beban pikiran, santai saja."
Jalan Raya Bogor terbentang dengan panjang 45 kilometer. Saat ini, masih menjadi rute favorit warga Jakarta sebab menghubungkan tiga kota, yakni Jakarta Timur, Depok, dan juga Bogor. Hanya saja, jalan ini mungkin relatif lebih lengang. Sebab, jalan ini mendapat pesaing, yakni Tol Jagorawi yang dibangun pemerintah Orde Baru pada 1974.
Jalan ini melewati berbagai daerah, seperti Pasar Rebo, Cijantung, Cimanggis, Cibinong, Citeureup, hingga sampai di Kota Bogor di daerah Jambu Dua. Di tiap kawasan sepanjang Jalan Raya Bogor, masih terdapat pasar tradisional yang masing-masing tidak terlepas dari romantisisme kolonialisme Belanda.