REPUBLIKA.CO.ID, Gunung, kini tak hanya sahabat bagi pecinta alam. Mendaki telah menjadi hobi yang banyak digandrungi anak muda belakangan ini.
Bagi seorang newbie, Papandayan merupakan gunung yang sangat cocok untuk mengawali pengalaman mendaki. Gunung ini terletak di wilayah Kabupaten Garut. Tingginya sekitar 2.665 meter dari permukaan laut. Trek Papandayan cukup landai sehingga sangat cocok bagi pendaki pemula. Meskipun demikian, pendaki harus tetap berhati-hati karena jalurnya merupakan tanah berbatu.
Menuju Papandayan, pendaki bisa memulainya dari terminal Garut. Dari Jakarta, pendaki bisa menggunakan bis menuju terminal Garut. Dari terminal, pendaki bisa menggunakan mobil angkutan menuju daerah Cisurupan. Dari Cisurupan, pendaki bisa menyewa pick up atau ojek menuju pos awal pendakian.
Setelah mengurus izin pendakian, pendaki bisa mulai melakukan perjalanan ke lokasi kemping di Pondok Saladah. Untuk menuju ke sana, pendaki harus melewati terlebih dahulu kawah Papandayan. Kawah belerang ini masih aktif sehingga pendaki harus berhati-hati. Disarankan untuk membawa masker karena bau belerang yang menusuk hidung sesekali tercium.
Di dekat kawah terdapat aliran sungai. Sayangnya air sungai tersebut tidak bisa diminum karena terkontaminasi sulfur. Air sungai jernih dapat ditemukan di jalur selanjutnya, setelah pendaki melewati trek kawah.
Jika lancar, pendakian dari pos registrasi menuju Pondok Saladah hanya memakan waktu 2,5-3 jam. Jalur yang landai sangat memudahkan pendaki. Hanya sesekali pendaki diberi tantangan berupa trek curam dan licin.
Sampai di Pondok Saladah, pendaki bisa mendirikan tenda di tempat yang dirasa datar. Sambil beristirahat sejenak, dari lokasi kemping akan terlihat Hutan Mati, yang merupakan salah satu pesona Papandayan. Itupun kalau kabut tidak turun.
Mendaki ke puncak banyak dilakukan pada dini hari karena pendaki ingin melihat matahari terbit. Jalur menuju puncak sedikit menantang sehingga pendaki harus berhati-hati. Melihat matahari terbit di puncak Papandayan merupakan pemandangan yang akan membuat lupa betapa lelahnya perjalanan ke titik tertinggi tersebut.
Puncak Papandayan bukan satu-satunya tempat untuk melihat matahari terbit. Pendaki juga bisa melakukannya di Tegal Alun, yaitu padang edelweiss yang menjadi pesona lain Papandayan. Meskipun tertutup perbukitan, naiknya bola merah raksasa tersebut dari Timur tetap indah dinikmati.
Setelah puas berkodak di Tegal Alun, pendaki kembali ke Pondok Saladah melalui Hutan Mati. Hutan mati memberikan pemandangan yang eksotis sekaligus mistis. Hutan Mati terdiri dari pepohonan yang batangnya menghitam dan telah kehilangan daunnya. Pepohonan ini kehilangan nyawa akibat erupsi yang terjadi pada 2002.
Puas mengabadikan Hutan Mati, pendaki kembali ke Pondok Saladah untuk mempersiapkan perjalanan pulang. Pendakian Papandayan memang tidak memerlukan waktu yang lama. Jika ingin, pendaki bisa menghabiskan lebih banyak waktu di Pondok Saladah.
Meskipun mudah dilalui, pendakian ke Papandayan harus tetap memperhatikan persiapan dasar pendakian. Pendaki wajib membawa barang-barang seperti jaket, sepatu treking, sleeping bag, headlamp, jas hujan, obat-obatan pribadi, makanan dan tenda. Pendaki disarankan untuk memakai pakaian yang ringan dan mudah kering agar memudahkan perjalanan. Pendaki tidak disarankan memakai celana jins.
Sesampai di Papandayan, pendaki harus mengingat tiga hal: jangan mengambil apapun kecuali gambar, jangan membunuh apapun kecuali waktu, dan jangan meninggalkan apapun kecuali jejak
Selamat mendaki!