Rabu 02 Oct 2013 21:00 WIB

Lima Pemikiran Wanita Jepang Setelah Menikah (1)

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Hazliansyah
Wanita Jepang. Ilustrasi
Foto: AFP
Wanita Jepang. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pernikahan internasional antara dua kewarganegaraan seperti menjadi tren akhir-akhir ini. Itu memberikan kesempatan bagi seorang laki-laki atau perempuan belajar tentang budaya lain dengan cara yang lebih mendalam.

Jepang, seperti masyarakat pada umumnya, memiliki sikap dasar sendiri tentang pernikahan. Beberapa di antaranya mungkin bisa mengejutkan bagi pria asing yang menikah dengan seorang wanita Jepang.

Madam Riri, seorang blogger di media online RocketNews24 mencoba menyusun daftar yang biasanya menjadi pemikiran wanita Jepang setelah menikah.

1. Istri lebih memilih jadi ibu rumah tangga

Selama beberapa dekade terakhir, di banyak negara Barat, sudah dianggap normal jika seorang wanita (istri) akan terus bekerja setelah menikah. Meskipun Jepang memberlakukan undang-undangan untuk kesetaraan gender pada kesempatan kerja sejak 1986, namun peran tradisional suami yang bekerja dan mencari nafkah, sedangkan istri bertugas di rumah untuk merawat suami dan anak masih belum lekang oleh waktu.

Pola pikir Jepang ini memang tidak mutlak berlaku, namun umum dilakukan oleh wanita-wanita Jepang.

ROLers, anda mungkin masih ingat dengan Chisa 'Girls Next Door' yang memutuskan hengkang dari band yang membesarkan namanya sebab ingin berkonsentrasi mengurus suaminya yang seorang perenang profesional setelah menikah nanti. Fakta lainnya, meskipun lesu perekonomian Jepang terus berlanjut saat ini, jumlah perempuan yang lebih suka menjadi ibu rumah tangga dibandingkan bekerja masih tetap tinggi.

"Memilih untuk menjadi seorang ibu rumah tangga itu sedikit aneh untukku," ujar seorang wanita Polandia berusia 20 tahunan, dilansir dari RocketNews24, Rabu (2/10).

"Saya merasa kasihan pada mereka (wanita Jepang yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga)," ujar seorang wanita Portugis berusia 50 tahunan.

"Cara berpikir mereka sedikit ketinggalan zaman," ujar seorang pria berusia 20 tahunan.

Sayangnya, banyak pasangan internasional justru baru menemukan fakta ini setelah mereka menikah. Ini menyebabkan hilangnya setengah dari potensi pendapatan laki-laki dan keuangan rumah tangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement