REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai negara maritim terbesar di dunia, konsumsi hidangan laut masyarakat Indonesia tergolong rendah. Konsumsinya juga baru sebatas ikan. Padahal, hidangan laut dikenal karena kandungan gizinya sangat baik.
Ahli gizi yang juga dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Elvira Syamsir, mengatakan bahwa makanan laut mencakup organisme yang hidup di laut dan air tawar. Hidangan laut atau po puler disebut seafood mencakup tak hanya ikan, tapi juga jenis crustacea, yaitu udang dan kepiting, jenis mollusca, seperti kerang dan cumi, jenis echinodermata, seperti teripang, dan tumbuhan air, seperti ganggang dan rumput laut.
Hidangan laut mengandung 75 persen air, 15 persen protein, lima persen lemak, serta vitamin dan mineral sebanyak lima persen. Protein yang terkandung dalam hidangan laut memiliki mutu tinggi. Protein dibutuhkan un tuk pertumbuhan dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Pro tein hidangan laut disebut bermutu tinggi karena sa ngat mudah dicerna atau mencapai 90 persen lebih mudah.
“Seafood juga mengandung semua asam amino esensial,” katanya. Selain itu, kandungan lemak total dan lemak jenuh hidangan laut cenderung rendah. Sebagian besar hi dangan laut memiliki kandungan lemak kurang dari lima persen. Kadar lemak dari ikan yang kaya lemak, con tohnya sarden, tuna, mackerel, dan king salmon, tidak lebih dari 15 persen. Kadar tersebut menyerupai lemak yang terdapat dalam daging yang lemaknya rendah atau lean meat.
Elvira menambahkan, lemak jenuh merupakan lemak yang tidak diinginkan. Lemak ini menjadi salah satu pemicu tersumbatnya pembuluh darah dan menjadi penyebab penyakit jantung koroner. Selain itu, kandungan asam lemak tidak jenuh dalam hidangan laut tinggi. Sebut saja asam lemak omega 3, 6, dan 9. Tak hanya itu, hidangan laut juga menjadi sumber vitamin dan mineral. Vitamin yang ada dalam hidangan laut, di antaranya vitamin B kompleks, niasin, B12, B6, dan tiamin. Selain itu, masih ada vitamin larut lemak, seperti A, D, E, dan K dalam hidangan laut.