Rabu 07 Aug 2013 13:56 WIB

Taman Safari Cisarua Hadirkan Keunikan Pulau Komodo

Gerbang objek wisata nasional Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Bogor.
Foto: www.indoforum.org
Gerbang objek wisata nasional Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menyambut libur Idul Fitri (Lebaran) 1434 Hijriah, Taman Safari Indonesia Cisarua, Bogor, menyiapkan satu wahana baru. Lembaga konservasi satwa "ex-situ" (di luar habitat asli) itu meluncurkan "Komodo Dragon Island".

"Pada era modern saat ini, presentasi satwa tidak hanya sekadar penampilan saja, tetapi harus mampu mengangkat sisi budaya, ekologi, edukasi dan memberikan hiburan yang yang sehat, itulah yang kami ingin sampaikan melalui wahana 'exhibition' (ruang pamer besar) Komodo ini," kata Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Drs Jansen Manansang di Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Didampingi Humas TSI Cisarua, Yulius H Suprihardo, ia menjelaskan sebagai negara dengan julukan "Mega Biodiversity", Indonesia patut berbangga karena memiliki banyak sekali keanekaragaman hayati yang tidak akan pernah ditemukan di belahan dunia manapun.

Di kawasan Indonesia timur, khususnya di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, masih terjaga kadal terbesar di dunia yaitu Komodo. "Komodo diyakini adalah satwa peninggalan zaman purba yang masih tersisa menempati kawasan kecil di kepulauan Nusa Tenggara Timur," katanya.

Dikemukakannya bahwa satwa Komodo sangat unik, yakni mempersenjatai dirinya dengan ludah yang banyak mengandung bakteri. Kurangnya persaingan predator di habitatnya, katanya, membuat komodo tumbuh meraksasa.

Masyarakat di Pulau Komodo meyakini bahwa mereka masih satu keturunan dengan satwa tersebut, sehingga mereka bisa hidup berdampingan dengan damai bersama satwa tersebut. "Keunikan tersebut yang berusaha ditangkap oleh Taman Safari Indonesia dengan adanya wahana tersebut," katanya.

Ia menjelaskan dengan luas sekitar 2000 meter persegi (m2), wilayah bangunan dan sekitarnya terlihat megah, dengan kolaborasi antara satwa dan budaya, juga dipadu dengan toko cenderamata dan kafe.

"Kami berusaha mengedukasi pengunjung, tanpa pengunjung menyadarinya. Sehingga kami membuat seolah-olah ada lorong tambang, rumah adat dan tentu saja kandang pamer Komodonya," katanya.

Tanpa disadari, kata dia, pengunjung akan teredukasi mengenai rusaknya ekosistem akibat pertambangan, kemudian mereka harus menghargai satwa endemik Indonesia dan seterusnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement