Sabtu 20 Jul 2013 04:57 WIB

Serunya Berburu Batik di Yogya

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Endah Hapsari
Koleksi Batik Museum Batik Yogyakarta
Foto: Museum Batik Yogyakarta
Koleksi Batik Museum Batik Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, Ada rencana mudik Lebaran ke Jawa Tengah atau Yogyakarta? Jika demikian, sempatkan waktu untuk jalan-jalan di Kota Gudeg, seusai bersilaturahim dengan sanak-saudara. 

Cuci-mata di sepanjang Jalan Malioboro, lalu menikmati makanan khas Yogyakarta di warung lesehan, tentu membawa kenikmatan tersendiri. Cicipi pula ragam kudapan khas kota ini yang serba legit. Ada bakpia pathuk, yangko, juga geplak. Dan jika Anda termasuk penyuka batik serta kerajinan perak, Yogyakarta merupakan tempat yang pas untuk 'berburu'. 

Sebelum memulai perburuan batik, ada baiknya Anda tahu bahwa batik yang yang ditawarkan di toko, galeri, atau pasar tradisional di Yogyakarta tak semuanya hasil produksi kota ini. ''Banyak juga batik yang bukan dari Yogyakarta, melainkan dari Solo, Pekalongan, dan daerah lain,'' kata Afif Syakur, ketua III Paguyuban Pecinta Batik Indonesia 'Sekar Jagad'.

Atas dasar itu, batik mempunyai spesifikasi dan tempat, yang berbeda kualitas maupun motifnya. Di Yogyakarta, ada beberapa tempat (sentra) penjualan batik, yang masing-masing memiliki spesifikasi tersendiri, yaitu: 

* Pasar Beringharjo.

  Di sini, batik umumnya dijual untuk kalangan menengah ke bawah. Harganya sangat bervariasi, mulai dari ribuan hingga jutaan rupiah.

* Toko-toko batik di sekitar Malioboro.

  Batik yang dijual di toko-toko ini biasanya mengikuti fashion etnik daerah. Dalam hal ini, para perajin batik mengirim produksi mereka ke toko, dengan model sesuai pesanan toko. Mirota Batik, Margaria, dan Juwita, adalah beberapa contoh toko batik yang masuk dalam kelompok ini. Sebagian besar batik yang mereka jual diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas. 

* Toko batik di sekitar Jalan Parangtritis dan Jalan Prawirotaman. 

  Di sinilah sentra penjualan batik untuk turis -- baik lokal maupun asing -- juga biro-biro perjalanan. 

* Ardiyanto Batik, APIP'S, Kerajinan Batik, Rita Azhar Batik, dan lain-lain. 

  Tempat-tempat ini menjual batik karya seniman dan desainer yang bukan orang Yogya. Para pembeli yang datang ke tempat ini biasanya khusus mencari batik yang berkualitas dan eksklusif.

Batik, jelas Syakur, berasal dari kata 'tik', artinya sesuatu yang halus dan dibuat oleh tangan. Batik merupakan karya seni yang pembuatannya melalui pemalaman, pencelupan/pewarnaan, dan perebusan/pemanasan. Hal itu disebut dengan sistem lintang warna. ''Jika tidak mengikuti proses itu (sistem lintang warna) bukan batik namanya,'' kata Afif yang juga dikenal sebagai desainer batik.

Selain batik tulis, ada pula yang disebut batik cap (stamp). ''Walau dicap, kalau pembuatannya melewati proses pemalaman, pencelupan, dan perebusan, tetap bisa dikatakan batik yakni batik cap.'' 

Pada saat yang sama, ada suatu produk massal yang motifnya seperti batik, namun dalam pembuatannya tidak melalui sistem lintang warna melainkan dengan proses printing atau sablon. ''Cara seperti ini biasanya digunakan untuk produksi daster dan sejenisnya. Dan ini tak bisa dikatakan batik.''

Dalam hal ini, ada cara cukup mudah untuk membedakan mana kerajinan yang termasuk batik, dan mana yang bukan. Cara membedakannya, kata Syakur, bisa dilihat dari gambar di pinggiran kain. ''Kalau itu printing, gambarnya tidak jelas.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement