Sabtu 13 Apr 2013 22:18 WIB

Novel Baru Paulo Ceolho Ingin Menembus Batas Agama & Waktu

Sampul Buku versi asli novel 'Naskah yang Ditemukan di Accra' karangan penulis Brasil, Paulo Coelho
Foto: EXTRA.COM.BR
Sampul Buku versi asli novel 'Naskah yang Ditemukan di Accra' karangan penulis Brasil, Paulo Coelho

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Mirip dengan "The Alchemist", novel terlarisnya sedunia, novel baru Paulo Coelho menjalin cerita dari masa lalu--yang menurut dia--lebih pas untuk masa kini ketimbang masa lain.

"Manuscrito Encontrando Em Accra" judul asli novel tersebut yang berarti "Naskah yang ditemukan di Accra" mengangkat kisah di Yerusalem pada 1099, pada malam penyaliban, saat seorang bijak -yang dikenal sebagai Copt- mengeluarkan tuntunan falsafah hidup di hadapan hadirin kaum Nasrani, Muslim dan Yahudi, yang terlibat dalam tanya-jawab.

"Kita masih menghadapi masalah yang sama seperti seandainya kita kembali ke masa lalu," kata Coelho kepada Reuters.

"Melalui buku ini saya membagi pandangan akan nilai-nilai yang sudah kita tinggalkan dan sekarang perlu kita perhatikan kembali."

Sejak diluncurkan pekan lalu di Amerika Serikat, buku itu dengan pesat menapaki jajaran buku laris dan sekarang masuk ke urutan dua di daftar buku laris The New York Times untuk kategori fiksi.

Muncul sejumlah kritik terhadap buku tersebut meski kurang tajam. Stuart Jeffries dari The Guardian menulis "Gaya narasi mendayu-dayu seperti pada 'alchemist' dan 'eleven minutes' sudah hilang, tetapi masih klise."

Novelis Brasilia itu masih mencari komentar dukungan dari orang tenar macam Bill Clinton dan Madonna serta memiliki pengikut 7,5 juta di Twitter.

Coelho (65 tahun) dikenal sangat menghargai pembacanya. Ia meminta mereka untuk menyampaikan pertanyaan dan kecemasannya melalui Twitter, agar ia bisa menyapa mereka di bukunya

.

Buku ini lebih menyerupai risalah filsafat ketimbang suatu cerita, karena banyak mengandung aforismenya.

Melalui tokohnya, Copt, ia berkotbah dengan topik berbeda-beda, mengenai kekalahan, kegagalan, korban, kecantikan, keanggunan, kematian yang disebutnya sebagai "Tamu tak diundang".

Coelho yakin ada nilai-nilai dasar yang bisa diterima oleh semua dan manusia harus lebih memperhatikannya ketimbang dogma agama. "Saya rasa semua orang mempunyai nilai dasar yang sama," katanya.

Ketika ditanya apakah bukunya bakal cocok dengan mereka yang tidak percaya Tuhan dan tidak beribadah, Coelho mengatakan bahwa bagaimana orang menjalani hidupnya itulah yang terpenting.

"Yang diperhitungkan adalah apa yang Anda lakukan, bukan apa yang Anda nyatakan secara rohani dan berdasar pengalaman," katanya. Ia berharap buku ini bisa menolong pembaca untuk menerima perbedaan di dalam diri sendiri.

"Saya tidak mengelompokkannya sebagai buku tentang kearifan, tetapi sebuah buku tentang penerimaan terhadap kontradiksi kita sendiri." ujarnya.

"Kita hidup di dunia tempat yang penuh dengan reaksi berbeda, terhadap keadaan yang berbeda. Kita tidak bisa menyamaratakannya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement