REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para pekerja di Museum Louvre, Prancis berdemonstrasi dan mogok kerja menyusul maraknya aksi pencopetan. Alhasil, museum teramai di dunia itu terpaksa ditutup sementara.
Pihak pengelola Musem Louvre belum tahu kapan museum yang terletak di Kota Paris itu akan kembali dibuka untuk umum. Guardian melaporkan aksi pencopetan adalah persoalan akut di situs wisata terkenal itu.
Sayangnya, tidak ada langkah pengamanan dan tindakan signifikan bagi pelaku, termasuk tidak tersedianya jasa kepolisian. Padahal keluhan ini sudah tersebar kemana-mana. Bahkan tahun lalu, pekerja museum sudah mengajukan keluhannya ke kantor kejaksaan.
Keluhan yang sama juga sudah dibicarakan dengan kepolisian kota untuk meminta pengamanan paling ketat. Tapi, tetap saja aksi pencopetan tetap marak. Seorang juru bicara serikat kerja mengatakan aksi pencopetan dilakukan oleh segerombolan dan orang-orang yang sama.
Kepolisian, kata dia, semestinya mampu mengidentifikasi. Pun, kejaksaan dapat memberi hukuman larangan untuk memasuki museum.
Museum Louvre setidaknya dikunjungi oleh 30 ribu pengunjung saban hari. Tahun lalu, tercatat 10 juta pengunjung dari seluruh dunia berkunjung ke tempat ini. Museum Louvre menarik perhatian lantaran tersimpan lukisan misterius Monalisa, hasil kuas Leonardo da Vinci.
Namun, maraknya aksi pencopetan membuat pengunjung menurun. Banyak juga turis manca yang protes lantaran menjadi korban. Seorang turis dari Washington, AS, Mariam Kamel (16 tahun) mengatakan kekecewaannya.
''Kami sudah dicurangi (dicopet),'' kata dia kepada AP dan dilansir Guardian, Rabu (10/4). Kamel yang berkunjung bersama guru seninya Rhonda Eastman menambahkan siapa pun pengunjung yang akan berkunjung ke museum, diwajibkan menjaga barang bawaannya.