REPUBLIKA.CO.ID,Singapura. Itu yang ada di benak Yuanita Utami ketika menemukan tanggal merah di akhir pekan. Pegawai negeri sipil berusia 25 tahun ini langsung mencari tiket penerbangan murah.
Tak lama setelah memperoleh tiket promo, dia pun langsung mengatur rencana dan mengisi tas ranselnya dengan berbagai keperluan. Yuanita memang sangat penasaran dengan Singapura. Pulau kecil ini dia anggap merupakan daerah wisata yang bebas dari gangguan.
"Itu poin penting untuk pelancong, tempat wisata yang aman," kata dia, Jumat (29/3). Yuanita memilih gaya berwisata dengan backpacking. Dengan biaya minim, dia bisa menjelajahi Singapura dalam waktu singkat.
Hari libur Wafat Yesus Kristus pada Jumat (29/3) membuat akhir pekan ini menjadi panjang. Banyak orang Indonesia yang memilih negara tetangga yang jaraknya hanya selemparan batu dari Indonesia. Meski begitu, ada pula beberapa orang yang memilih perjalanan jarak jauh hingga melintasi benua.
Dina Prasetya memilih mengisi libur panjang akhir pekan ini dengan jalan-jalan ke Hong Kong bersama suami. Penulis pada sejumlah agensi iklan ini merasa senang menjelajahi negara-negara oriental dan penuh sejarah. Ia pernah mengunjungi Cina, Korea, dan Jepang. Kini, kata Dina, giliran Hong Kong yang sudah direncakan sejak akhir tahun lalu.
Menurut Dina, libur nasional yang jatuh pada akhir pekan menjadi momentum untuk bisa pergi agak jauh, terutama ke negara-negara tetangga. ''Bagi kami, ini momentum mencari ilmu, mengenal budaya negara lain, dan agar kita toleran,'' kata Dina yang ketika dihubungi sedang berada di Disneyland, Hong Kong.
Pada hari libur biasa, Dina bersama suami memilih tempat eksotis di Indonesia, seperti Bali, Lombok, Papua, Sulawesi, dan beberapa tempat di Jawa. Anggaran jalan-jalan keluarga Dina yang belum dikaruniai anak ini cukup besar, sekitar Rp 40 juta setahun.
Maria Haryanto (28 tahun), manajer keuangan sebuah perusahaan teknologi informasi di Jakarta, memilih Istanbul, Turki, sebagai tujuan liburannya kali ini. Dia berangkat Kamis (28/3) malam dari Jakarta. Tanpa ada libur nasional di akhir pekan, kata Maria, tidak cukup waktu untuk menjelajah kota-kota yang jaraknya jauh seperti Istanbul.
Jalan-jalan ke Istanbul, bagi Maria, sungguh menyenangkan, mengingat tidak perlu urus visa kecuali bayar di tempat. Apalagi, Turki berada di Benua Eropa yang memiliki tempat-tempat sejarah yang eksotis dan alam yang indah.
Dari sisi biaya juga tidak mahal. Selama empat hari di Istanbul dia menghabiskan Rp 14 juta. Jumlah ini jauh berbeda jika melakukan perjalanan ke negara-negara Eropa Barat. Maria mengaku menganggarkan rata-rata Rp 30 juta untuk biaya jalan-jalannya selama setahun. Dan itu bisa lebih.
Dengan jumlah hari libur nasional sebanyak 17-18 hari setiap tahun, masyarakat Indonesia memang sangat dimanja. Tengok saja negara lain yang tak memiliki hari libur sebanyak itu. Hari libur nasional Singapura kurang dari 10 hari. Di Amerika Serikat (AS) sekalipun, hari libur nasional hanya ada 11 hari.
Kelas menengah di Indonesia memanfaatkan dengan baik liburan itu. Mereka melirik negara tetangga untuk mengisi liburan. Laporan Boston Consulting Group yang dilansir //the Wall Street Journal// memprediksi jumlah kelas menengah dan orang kaya Indonesia berpotensi naik dua kali lipat menjadi lebih dari 141 juta orang pada 2020.
Dalam laporan itu, dari 250 juta warga Indonesia, sekitar 74 juta orang kini menghabiskan uang lebih dari Rp 1,94 juta per bulan. Ini akan menjadi lonjakan terbesar di dunia, di luar Cina dan India. Lebih dari delapan juta orang per tahun di Indonesia akan menjadi kelas konsumen seiring dengan tumbuhnya ekonomi Indonesia.