REPUBLIKA.CO.ID, Tanpa disadari, pola asuh yang salah dari orangtua bisa menyebabkan penyimpangan seksual terhadap anak. Pertama, jenis kelamin anak yang tidak diinginkan orangtua. Menurut psikolog Lusi Triyani, banyak kasus misalkan, ketika anak ketiga ingin perempuan, tetapi yang lahir laki-laki lagi --atau sebaliknya membuat orangtua frustasi. Akibatnya, orangtua mendandani bayi tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.
Anak laki-laki diberi pakaian rok, mainan boneka, memakai sepatu perempuan. Pola asuh yang tidak sesuai ini bisa membuat anak menyimpang dari kodrat yang sebenarnya.
Kesalahan kedua, lanjut Lusi, membiarkan kebiasaan anak menyimpang. Orangtua adalah contoh bagi anak-anaknya. Ketika ibu berdandan, anak biasanya meniru. Jika anak perempuan yang mengikuti tidak masalah, tapi jika anak laki-laki, orangtua harus tegas melarang.
Jika orangtua membiarkan anak laki-laki berdandan, memakai lipstik, bedak, tersenyum di kaca, lenggak-lenggok mengenakan selop membuatnya senang. Anak merasa tidak ada yang salah. Kebiasan ini membuat ia semakin nyaman, pada akhirnya bisa membuat anak menyimpang.
Ketiga adalah kekerasan dalam rumah tangga. Lusi menegaskan, orangtua tidak boleh menampakkan kekerasan di hadapan anak-anak, baik dilakukan ayah terhadap ibunya, atau sebaliknya. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan seksual anak-anak.
Ibu yang dominan melakukan kekerasan terhadap ayah, membuat harga diri ayah jatuh di mata anak. Akibatnya, anak menjadi benci terhadap sosok ibu (perempuan, red). Kalau anak laki menjadi tidak menyukai perempuan, sebaliknya yang perempuan akan mencari sosok pengganti ibunya yang lemah lembut.
Sebaliknya, bila ayah yang dominan menyiksa ibunya membuat anak perempuan enggan menikah. Untuk apa menikah, nanti menderita seperti ibu? Padahal, perkembangan seksual anak akan terus tumbuh. Ketika ada kaum sejenis yang mendekatinya membuat anak nyaman, klop bisa terjerumus.