Rabu 31 Oct 2012 16:11 WIB

Fenomena Instan Selebriti (II)

Rep: Setyanavidita Livikacansera/ Red: M Irwan Ariefyanto
shinta
Foto: youtube
shinta

REPUBLIKA.CO.ID,Di Indonesia, jagad industri hiburan juga kerap melahirkan nama-nama baru artis yang melejit secepat kilat. Pada 2010, duo Shinta Jojo mendapat perhatian luas masyarakat setelah lipsync lagu “Keong Racun”. Dengan cara yang relatif sama, Norman Kamaru juga mendapat kesempatan emas merasakan nikmatnya menjadi bintang setelah video joget indianya ditonton banyak orang.

Saat masuk ke industri musik secara profesional, ternyata sinar Shinta-Jojo dan Norman Kamaru justru makin meredup. Upaya rekaman secara profesional, menjadi bintang iklan, atau mengeluarkan video lainnya lewat YouTube ternyata tidak mampu membuat namanya melejit tinggi, seperti di awal-awal popularitasnya.

Sebutan artis supernova yang ditujukan untuk orang-orang yang mendapat popularitasnya secepat kilat, disebut pengamat musik Adib Hidayat, sangat bergantung pada kualitas dan kemasan yang dihadirkan oleh musisi yang bersangkutan. “Musisi yang berkualitas, apabila didukung dengan tim manajemen artis yang baik, tentu akan sangat berpengaruh dalam eksistensi sang artis di tengah persaingan,” ujar Adib.

Tentunya, kata dia, bicara tentang kelanjutan dari kesuksesan luar biasa yang dialami salah satu artis tidak bisa dipukul rata antara satu nama dengan nama lainnya. Beban tentu tidak bisa dihindari saat memunculkan karya selanjutnya. Selama artis yang bersangkutan tetap konsisten dan memiliki kepribadian yang bisa menarik perhatian, menurut Adib, peluang untuk bisa bertahan di tengah persaingan tetap saja selalu terbuka.

Ada kalanya, artis bersangkutan, meski cantik atau tampan, tidak mampu membuat banyak orang tertarik dan terus mengikuti perjalanan kariernya. Dengan demikian., ia pun dapat dengan mudah dilupakan orang. Sebaliknya, meski memiliki wajah yang kurang “menjual”, banyak artis yang tetap menarik karena kualitas dan karakternya mampu membuat ketertarikan orang padanya terus berlangsung.

Pengaruh perputaran tren di dunia musik, lanjutnya, tentu tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Apabila dulu musik melayu sempat menjadi raja di musik Indonesia, sekarang posisinya langsung tergantikan oleh boyband dan girlband.

Memegang teguh konsistensi dan arah musik yang memang dijadikan tujuan, kata Adib, bisa menjadi penolong para musisi. Meski, misalnya, jalur musik yang diusungnya ternyata sudah berganti arah. Ia pun menyebut nama-nama, seperti Kahitna, Gigi, Shaggy Dog, atau para musisi yang memilih jalur indie. Mereka dinilai sebagai contoh manfaat konsistensi dalam menghadapi kerasnya seleksi alam di industri musik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement