REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan untuk berjualan bubur diakui Norman Kamaru bukan hal mudah. Selain harus menahan ego serta gengsi, merintis sebuah usaha juga butuh usaha keras.
Norman mengaku, di awal-awal pembukaan kedai buburnya sepi pembeli. “Saya sering bengong jadinya di kios,” kata Norman di Jakarta, Rabu (8/10).
Namun secara perlahan, bubur manado di kedai yang ia beri nama "Gerilya" itu kini sudah banyak dikenal.
"Kalau sekarang sudah banyak pengunjung setiap hari serta ada beberapa tawaran pembukaan cabang," lanjutnya. Hingga saat ini kedai miliknya sudah mempekerjakan empat orang karyawan.
Kesabaran dan ketekunan Norman dalam memulai usaha bubur juga tidak lepas dari dukungan sang istri, Cici Daisy Fahria Paendong.
Cici, kata Norman, senantiasa memberi semangat walaupun menjual bubur sempat dipandang sebelah mata.
“Saya mengenal dia (Norman) justru saat sudah tidak terkenal. Jadi saya suka Norman apa adanya,” ujar Cici.