REPUBLIKA.CO.ID, Saya cukup beruntung saat itu kawah tidak terlalu aktif. Jika sedang banyak mengeluarkan gas belerang, wisatawan bakal dilarang melihat kawah.
Saya pernah mengalami sesak nafas akibat perut Bromo sedang beraktivitas hingga menyebarkan gas yang membuat wisatawan berhamburan menjauh dari lokasi dalam kunjungan sebelumnya.
“Wah, ini pemandangan lagi bagus-bagusnya dan cerah, jadi asyik kalau buat foto-foto,” kata Bery Arfiandika, mahasiswa Universitas Brawijaya ini.
Ketika itu, waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB. Sudah hampir 30 menit saya berkeliling kawah Bromo, sebelum teman saya menegur untuk mengingatkan waktu yang terbilang sudah sore. Saya pun bergegas turun, meski masih ada puluhan wisatawan yang betah berada di atas.
Dari situ, saya bergumam, memang tidak salah jika tidak ada yang menyangkal, Bromo merupakan salah satu tempat wisata favorit. Baik wisatawan lokal maupun mancanegara menjadi Bromo sebagai jujugan utama yang wajib dikunjungi.
Eksotisme dan keindahan yang ditawarkan memang sulit ditandingi tempat wisata lainnya. Di Bromo, kita bisa menikmati pemandangan menakjubkan saat matahari terbit. Tidak salah, kebanyakan wisatawan berangkat malam atau sengaja menginap agar keesokan paginya sudah sampai lokasi.
Selain menikmati pemandangan dari puncak Bromo, wisatawan bisa melihat pemandangan Gunung Batok yang berjarak lima ratus meter. Ada pula pura di tengah lautan padang pasir yang bisa menjadi objek foto kalau ingin bernarsis ria atau sekadar mengabadikan momen.
Ada tiga jalan menuju ke tempat wisata Bromo. Pengunjung bisa lewat jalur Probolinggo, Pasuruan, maupun Malang. Adapun saya berangkat lewat jalur Pasuruan, dan balik melalui Malang. Karena ingin merasakan sensasi wisata yang mengundang adrenalin, kami memilih pulang melalui jalur menuju Kabupaten Malang.