Selasa 28 Aug 2012 14:45 WIB

Menyusuri Keindahan Pulau Sempu (Bag 2)

Suasana Pulau Sempu
Foto: Republika/Erik Purnama
Suasana Pulau Sempu

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Erik Purnama Putra

Perjalanan panjang tersebut sebenarnya cukup menyenangkan. Kita terhibur dengan suara merdu burung yang saling bersahutan. Banyak kera yang tinggal di situ yang tampak bergelantungan. Sehingga jangan kaget kita tiba-tiba ada ranting atau dahan pohon roboh. Itu tidak lain karena kera itu saling bergerombol dan bergelantungan di pohon besar yang menghiasai Sempu.

“Cukup membuat badan berkeringat dan kecapaian. Tapi langsung terbayar lunas melihat panorama Segoro Anakan yang menakjubkan,” ceplos teman kami, seorang jurnalis dari Surabaya. ROL tidak memungkiri, memandang air jernih di area selatan pulau yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia membuat pikiran menjadi lega.

Keringat yang bercucur dan membasahi pakaian jadi hilang seketika. Namun karena air Segoro Anakan datang dari laut maka tidak disarankan untuk digunakan cuci muka.

Ternyata di sisi paling selatan di tebing pembatas dengan lautan lepas sudah banyak pengunjung. Mereka banyak yang menginap dengan ditandai berdirinya tenda berjumlah belasan. Ada bule juga yang ikut berjemur dan tiduran di pasir putih. Seorang teman yang tidak tahan gerah langsung menceburkan diri ke Segoro Anakan. Kedalamannya tidak sampai tiga meter dan yang di pinggir hanya satu meter.

ROL memilih mengelilingi area selatan dan tidak ikut berenang. Untuk melihat suasana Segoro Anakan di sisi kanan dan kiri Samudra Hindia, ROL harus memanjat tebing dengan ketinggian sekitar 10 meter. Keindahan alamnya sangat luar biasa. Hutan yang masih perawan dan suasana angin kencang menimbulkan perasaan menyenangkan. “Segar,” ucapan itu yang terucap sambil bersandar di tebing tertinggi.

Sayangnya, sebagaimana penyakit masyarakat Indonesia, kita dengan mudah menemukan sampah berserakan. Keindahan pasir putih menjadi terganggu. Banyak botol air mineral dan bungkus mie instan tergeletak begitu saja ditinggal pengunjung.

“Itulah sifat manusia, tempat wisata kalau sudah dikunjungi manusia pasti bakal kotor,” semprot seorang teman. “Lihat orang-orang yang memasak itu mereka itulah yang bikin lingkungan di sini kotor. Apalagi tidak ada petugas khusus yang bertugas membersihkan daerah di sini,” keluhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement