Kamis 19 Jul 2012 10:18 WIB

Perlukah Anak Ikut Les Matematika? Coba Tes Ini Dulu

Rep: susie evidia/ Red: Endah Hapsari
Anak belajar/ilustrasi
Foto: lpgchildcare.com
Anak belajar/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pelajaran matematika seringkali menjadi bidang studi yang menakutkan bagi anak-anak. Ini lantaran tak semua anak mahir dan menyukai pelajaran berhitung ini. Namun, apakah si buah hati memang perlu pelajaran matematika tambahan?  Atau, itu sekadar keinginan orang tua yang menginginkan nilai sempurna untuk anaknya? 

Psikolog Wita Mulyani mengatakan, untuk mengetahui kemampuan matematika seseorang, hanya bisa dilakukan melalui tes. Hasil tes IQ secara keseluruhan bisa menunjukkan bagaimana kemampuan numerik seseorang. 

Namun, karakteristik anak yang lemah di bidang numerik bisa dilihat dari prestasi akademisnya. Kalau nilai matematikanya selalu di bawah rata-rata berarti kemampuan numeriknya perlu diperhatikan.   

Mereka yang memiliki kemampuan numerik di bawah rata-rata, jangan berkecil hati. "Kemampuan ini bisa diasah dengan sering berlatih mengerjakan soal-soal matematika," kata psikolog LPT UI ini. Semakin rajin berlatih, pemahaman matematikanya bisa semakin baik. Selain itu,  lanjut Wita, kemampuan numerik ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Untuk itu, mereka yang lemah di kemampuan numerik perlu usaha untuk meningkatkan konsentrasinya.  

Ada juga, kata Wita, anak-anak yang memiliki potensi kemampuan numerik yang tinggi, tapi karena pengaruh luar sehingga potensi tersebut tidak muncul. Misalkan, metode belajarnya tidak sesuai dengan anak. Faktor pengajar yang membuat anak menjadi enggan berpikir, dan lainnya. Ketika potensi tersebut diasah, ditumbuhkan kembali sesuai minatnya, kemampuan numerik itu bisa kembali melejit.

"Makanya, jangan heran sewaktu SD nilai matematikanya biasa saja, tetapi SMP, SMA menjadi pintar matematika. Selama minatnya ditumbuhkan, ada motivasi yang kuat, kemampuan numerik itu bisa menjadi optimal," paparnya.

Yang perlu diwaspadai, jika nilai matematika berada di bawah rata-rata (di bawah enam), sedangkan nilai pelajaran lainnya melejit tinggi. Hal ini, jangan dibiarkan perlu dicari penyebabnya, tambah Wita. Kalau memang memungkinkan orang tua bisa memanggil guru privat. "Tapi, pilih guru yang benar-benar bisa mengajar sehingga anak paham matematika,"  katanya, "Kalau metode mengajarnya sama saja dengan di sekolah, tidak akan membuat anak berubah."

Jika kondisi anak semakin parah berarti perlu perhatian khusus, yaitu kesulitan belajar. Di sini dibutuhkan terapi pedagogi dengan pola pengajaran akademiknya lebih mendalam lagi.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement