REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum ada penanganan maksimal untuk melindungi anak dari gempuran teknologi yang terus berkembang. Penguasaan industri bagaikan dua mata pisau yang harus diwaspadai para orang tua.
"Anak-anak mudah sekali mendapatkan info dari banyak industri yang tidak tersaring dengan baik," ujar pengamat pendidikan, Karina Adistiana MPSi pada peluncuran buku 'Anak Peri-peri Bersayap Pelangi' di Newseum Cafe, Sabtu (14/04).
Menurut dia, anak-anak sekarang dengan mudah mendapatkan informasi tentang perilaku orang dewasa melalui media twitter, sinetron, atau banyak acara di televisi. Segala skandal tetang orang terkenal memborbardir mereka setiap hari. Karina mengatakan bahkan materi yang terdapat di buku sekolah dasar juga sering diselipi pesan yang kurang cocok untuk dunia anak.
Pendidikan harus sesuai dengan budaya. Penanganan pendidikan harus tepat sesuai kebutuhan anak. Namun, anak-anak Indonesia kurang menyadari pentingnya pendidikan untuk dirinya. Mereka sekedar tahu harus bersekolah, tanpa mempunyai kesadaran apa fungsi penting pendidikan.
Problema ini mau tidak mau harus ditangani masing-masing orang tua. Misalnya, dengan tegas memilih tontonan televisi, mengetatkan jam tidur, atau mengawasi anak ketika bermain internet. "Latihan ini harus terus-menerus dilakukan orang tua dengan kesadaran penuh," kata Shefti Latiefah, inisiator @savestreet Children Community Movement Indonesia, komunitas peduli anak jalanan.