Jumat 13 Apr 2012 15:25 WIB

Kapan Si Kecil Bisa Ditinggal Pergi? Inilah Tipsnya

Ayah dan Anak (Ilustrasi)
Foto: sgsgashtead
Ayah dan Anak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nina Chairani

Meninggalkan anak di rumah perjuangan mahaberat bagi para ibu.

Saat ibu mulai berdandan, si kecil mulai gelisah. Itu pertanda ibu akan pergi. Begitu sepatu dikenakan, tas tangan disandang. Tangis si kecil pun pecah. Apa pun bangsanya, pesannya hanya satu: Ibu jangan pergi.

Antara usia delapan bulan hingga satu tahun, anak tumbuh semakin independen. Kendati begitu, mereka masih belum  pasti berpisah dari ayah bundanya. Biasanya, anak menjadi uring-uringan dan marah ketika orang tuanya akan pergi. Keadaan seperti ini dikenal sebagai separation anxiety.

Tak selalu pergi jauh. Kendatipun hanya pergi ke kamar lain untuk beberapa menit, si kecil akan beraksi dengan menangis, bergelayut. Ia akan menolak campur tangan orang lain yang ingin menenangkannya selain ayah atau ibunya.

Campur aduk

Kapan anak mulai bisa ditinggal pergi? Tak ada jawaban pasti, bisa berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Sebagian anak sudah bisa ditinggal saat berusia 18 bulan- 2,5 tahun, ada yang usia lebih besar lagi. Ada juga yang malah tak pernah punya masalah.

Seberapa lama masa sedih anak saat ditinggal orang tuanya? Jawabannya beragam. Tergantung pada si anak dan bagaimana respons orang tuanya. Dalam beberapa kasus, bergantung pada temperamen anak.

Separation anxiety pada anak yang lebih besar ketika mereka tak ingin ayah bundanya pergi lebih mudah ditanggulangi. Pada anak yang lebih besar perasaan yang menekan anak bisa hilang  bila perhatiannya dialihkan. Rasa sedih itu tak muncul lagi sampai ayah atau ibunya kembali. Anak ingat bahwa orang tuanya pergi, tapi perasaan sedih dan gelisah itu tak muncul.

Di sisi lain, anak paham benar dampak perilakunya pada ayah bunda. Bila ayah atau ibu kembali ke kamar setiap ia menangis dan menemaninya lebih lama atau malah membatalkan kepergian, anak akan meneruskan taktik ini untuk menghindari perpisahan.

Menghadapi separation anxiety, Anda akan mengalami perasaan yang bercampur aduk. Ada perasaan senang, merasa bahwa anak ternyata lengket kepada Anda. Tapi, Anda juga merasa bersalah karena pergi sendiri, meninggalkan anak.

Tapi, ingatlah selalu bahwa ketidakinginan si kecil berpisah merupakan pertanda baik bahwa sudah terjalin kedekatan.  Si kecil akan bisa mengingat bahwa ia selalu kembali setelah kembali, dan itu akan cukup menenangkan ketika Anda pergi. Ini juga memberi kesempatan mengembangkan keterampilan menghadapi keadaan dan independensi sedikit demi sedikit.

Saat jadi masalah

Sulit meninggalkan anak yang menangisi kepergian Anda. Penting untuk memberi kepercayaan kepada pengasuhnya bisa menangani keadaan. Biasanya, anak yang mengalami separation anxiety bisa dialihkan dengn kegiatan atau mainan , dengan lagu, permainan, atau apa saja yang lucu.

 

Fase penuh emosi ini akan berlalu. Bila si kecil tak pernah ditangani orang lain, wajar saja bila ia malu, atau mengalami stres lainnya.

Namun, jangan juga terlalu tenang. Tetap percayalah pada insting Anda. Bila anak menolak pada pengasuh tertentu atau menunjukkan tanda-tanda ketegangan, seperti susah tidur atau kehilangan selera makan, maka berarti ada masalah di sana.

Bila separation anxiety berlangsung hingga prasekolah, SD, atau lebih dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari Anda, diskusikan dengan dokter.  Ini bisa jadi kondisi yang lebih serius atau gangguan separation anxiety.

Anak-anak dengan gangguan separation anxiety takut kehilangan anggota keluarganya dan sering percaya sesuatu yang buruk akan terjadi. Bicara dengan dokter bila si kecil memiliki tanda termasuk:

* gejala panik (seperti muntah, sesak napas) atau serangan panik sebelum ayah atau ibunya pergi

* mimpi buruk tentang perpisahan

* takut tidur sendiri

* kecemasan berlebihan, takut diculik atau ke tempat yang tak ada ayah ibunya.

Bagi sebagian besar anak kecemasan berpisah dari orang tua akan berlalu tanpa bantuan obat-obatan.

Agar Langkah Lebih Ringan

Strategi  ini akan membantu anak dan orang tua menghadapi periode sulit separation anxiety ini.

* Penentuan waktu

Jangan menitipkan anak pada orang yang tidak dekat dengan anak saat si kecil berusia 8 bulan hingga satu tahun, ketika separation anxiety pertama kali muncul. Jangan pula meninggalkan anak ketika ia lelah, lapar, atau gelisah. Bila mungkin, jadwalkan keberangkatan setelah istirahat dan waktu makannya.

* Latihan.

Lakukan  meninggalkan anak di rumah, dan kenalkan ia pada orang  dan tempat-tempat baru secara bertahap. Kecuali ia memang sudah akrab dengan pengasuhnya di rumah atau anggota keluarga yang dititipi. Latihlah perpisahan dalam jangka waktu pendek lebih dulu.

* Tenang dan konsisten.

Adakan ritual saat Anda menyatakan ‘’Daah’’ dengan senyum dan ucapan yang tegas. Bersikaplah tenang dan tunjukkan kepercayaan pada si kecil. Yakinkan Anda akan kembali, jelaskan seberapa lama Anda pergi dengan menggunakan konsep yang dipahaminya. Misalnya, ‘’Ibu pulang sesudah Adik makan malam.’’ Berikan perhatian penuh saat Anda meninggalkannya. Bila Anda mengatakan pergi, jangan ragu. Bila ragu, kembali lagi karena tangisannya, kerepotan bakal berlangsung lebih lama.

* Tepati janji.

Penting Anda memastikan bahwa Anda akan kembali ketika sudah menjanjikannya. Ini penting, ini adalah bagaimana anak akan mengembangkan kepercayaan ia akan menjalani waktu selama ayah atau ibunya pergi.

sumber : kidshealth.org
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement