Rabu 11 Apr 2012 15:25 WIB

Inilah Manfaat Kegagalan Bagi Si Buah Hati

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Heri Ruslan
Anak belajar/ilustrasi
Foto: lpgchildcare.com
Anak belajar/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  Belajar memang bukan hal yang mudah. Sebegitu peliknya hingga kemudian timbul pepatah bijak, kalau gagal, coba lagi dan lagi. Ketidakberhasilan merupakan bagian alami dari proses belajar.

Tak percaya? Simaklah temuan peneliti dari University of Poitiers, Prancis. Mereka berhasil melihat adanya manfaat positif dari sebuah kegagalan. Risetnya pada anak-anak menunjukkan mereka yang pernah terpuruk tampak lebih bagus hasil tesnya. Kondisi itu tercapai setelah para siswa diajak memahami ada hikmah di balik kegagalan.

Pemahaman tersebut besar pengaruhnya pada mental siswa. Sebelumnya, anak-anak sangat terobsesi dengan kegemilangan nilai ujian. “Lantaran berorientasi pada kesuksesan, mereka menjadi segan untuk menempuh langkah berikutnya demi penguasaan materi ajar yang baru,” komentar peneliti postdoctoral, Frederique Autin.

Agar pendidikan di sekolah berlangsung lebih lancar, Autin menyarankan agar para siswa berdamai dengan rasa gamang tersebut. Faktor budaya memang memberi tekanan tersendiri dalam kasus ini. “Secara kultural, warga dunia banyak yang meyakini kesuksesan akademik hanya bisa dicapai oleh anak yang tingkat kompetensinya tinggi dan mereka yang gagal bisa dipastikan berotak lemah.”

Padahal, rasa tidak mampu mengerjakan soal baru bisa diatasi dengan mudah. Siswa hanya perlu mengakui tingkat kesulitan baru yang dihadapinya sebagai bagian dari proses belajar. “Tak perlu merasa tertekan dengan adanya pelajaran baru,” saran Autin.

Para peneliti menganjurkan agar guru dan orang tua fokus mengamati kemajuan anak. Tak perlulah memersoalkan ranking dan nilai di atas kertas. Penelitian tersebut mengindikasikan siswa akan diuntungkan dari bentuk pendidikan yang menyediakan waktu bagi anak untuk bergelut dengan soal yang tingkat kesulitannya lebih tinggi.

“Setiap tahapan belajar memerlukan waktu dan setiap kemajuan yang dicapai anak mesti dihargai, terutama di saat anak baru masuk SD dan siswa cepat atau lambat akan merasakan getirnya kegagalan,” urai Jean-Claude Croizet, profesor psikologi dari University of Poitiers, Prancis, seperti dikutip HealthDay News.

Riset tersebut berawal dengan membagi responden dalam dua kelompok anak kelas enam SD. Masing-masing diminta untuk mencari solusi dari susunan huruf. Kelompok pertama diberi pemahaman ada kalanya belajar menjadi sangat susah. Namun, itu bisa diatasi dengan sederhana.

Mereka telah beri tahu soal ujiannya mungkin susah, namun kesuksesan bukan mustahil akan datang menyusul giatnya berlatih. Sedangkan, kelompok kedua hanya mendapat pertanyaan bebas dan men ceritakan proses penemuan solusi mental yang tengah terpuruk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement