REPUBLIKA.CO.ID,Tak ada salah jika weekend Anda hanya menonton ulang film-film lama. Salah satu film yang layak untuk ditonton di akhir pekan Anda adalah Remains of The Day.
DVD original film maupun versi blue ray sudah cukup banyak. Dengan kualitas gambar dan suara yang bagus, menonton tayangan ini, membuat weekend Anda sedikit berwarna.
Film ini menarik karena menceritakan soal suka duka kehidupan para pelayan di sebuah gedung. Tersebutlah sebuah gedung bersejarah di Inggris, Darlington Hall namanya. Di gedung megah mirip istana ini, pertemuan-pertemuan menentukan perdamaian dan perang dunia kedua sering dilakukan. Nama-nama tokoh bersejarah pun dicatat dengan pena emas. Tapi siapakah peduli, kalau di dibalik sejarah besar gedung itu, ada kehidupan penting?
Sutradara ternama, James Ivory memiliki kepedulian tinggi atas tema itu. Dengan kepiawaiannya, Ivory pun menggelar film suka duka kehidupan para pelayan gedung yang terabaikan, Remain of The Day. Pelayan yang disimbolkan harus tahu pentingnya acara setiap pertemuan yang diadakan, namun tidak boleh mengerti isi dan hasil setiap pembicaraan yang dilakukan di gedung dengan halaman maha luas itu.
Maka beginilah yang bisa diungkapkan kepala pelayan Darlington Hall, Steven Junior (Anthony Hopkins) kepada rekan sesama pelayannya Sally Kenton (Emma Thompson) suatu kali. ''Di dunia ini memang terlalu banyak soal-soal yang tidak kita ketahui, kecuali oleh tuan kita,'' katanya. Yang dimaksud tuannya adalah Darlington (James Fox), pemilik Darlington Hall. Kerja, kerja dan kerja, menjadi prinsip yang ditegakkan Steven kepada anak buahnya. Semua kerja sesuai dengan tugas yang telah dibagikan. Sebagai pembersih lantai, tukang masak, ataupun pelayan tamu.
Begitulah, setiap kali pertemuan demi pertemuan penting diadakan, soal menu makanan dan pelayanan, semua tamu selalu menyatakan kepuasannya. Sebagai pemimpin puluhan pelayan yang mengabdi di gedung itu, Steven memang tahu betul bagaimana cara melayani tuannya. Termasuk tentunya saja tamu-tamu tuannya. Tak perlu disangsikan lagi, Steven menjadi orang kepercayaan Darlington untuk urusan pelayanan. Perekrutan pelayan baru, tak pelak, semua diserahkan kewenangannya kepada Steven.
Suatu kali, misalnya, ketika Steven merekrut ayahnya sendiri William Steven alias Steven Senior yang telah berusia 75 tahun menjadi pelayan baru. Darlington percaya saja. Sebagai bekas pelayan juga, Steven Senior menunjukkan pelayanan sangat memuaskan. Namun usia, agaknya mengganggu penampilannya. Sampailah suatu kali ayah steven itu jatuh dan Darlington melarangnya untuk menjadi pelayan tamu-tamunya. Steven senior berontak, tapi larangan tuannya itu dipegang kukuh oleh Steven Yunior. Rupanya kepercayaan diri dan kekerasan kepala Steven Senior begitu kuat. Larangan itu telah memukul hatinya. Pada saat pelayanan tamu internasional begitu sibuknya, Ayah Steven pun kena stroke hingga menemui ajalnya.
Bagaimana sikap Steven Yunior? Adalah membuang jauh-jauh kesedihannya. Dia memang bersedih, namun karena begitu kukuhnya memegang prinsip sebagai kepala pelayan. Steven tetap bekerja hingga tamu-tamu kembali merasa puas atas pelayanannya, tak tahu musibah telah menimba dunia pelayan.
Prinsip dan kesetiaan Steven sebagai kepala pelayan, perlahan-lahan telah mengundang simpatik Kenton. Pertemuan dan dialog yang sering mereka lakukan bahkan telah menumbuhkan benih-benih cinta di hati wanita bersia 30 tahunan itu. Steven sebetulnya terusik. Tapi kerja, kerja dan kerja sebagai pelayanan merupakan tugas utama yang dianggap melebihi kesenangan lainya. Steven seperti tak terusik. Sebaliknya, karena usia dan sikap yang ditunjukan Steven, Kenton terpaksa memilih lelaki lain yang sebenarnya kurang dicintainya dan pisah dengan Steven.
Sebagai film, alur kisah yang disajikan Remains Of The Day cukup memeras otak, namun dijalin dengan sangat menawan. Bayangkan sebuah film yang melangkapi sebuah peradaban perang dunia kedua, bisa terlukiskan hanya dari sisi pekerjaan pelayan istana yang nyaris terlupakan. Sejarah perang dunia kedua telah melahirkan politik Jerman yang angker, Inggris yang halus dan Amerika yang praktis. Politik mereka terjalin menjadi sejarah dunia dalam setiap perundingan politik. Sayangnya, mereka tidak mengetahui sebuah kekonsistenan hidup yang dijiwai seorang pelayan ada di antara pertemuan-pertemuan mereka.
Film ini juga disajikan dalam bentuk gambar-gambar yang kuat. Tata busana yang disajikan memperkuat nuansa kepriyayian para pemeran dalam film ini. Penampilan Emma sebagai nona Kenton cukup memperkaya situasi dramatis film ini. Namun, kepiawaian Anthony Hopkins lah barangkali yang telah membuat nilai tambah yang sangat kuat. Hopkins yang meraih piala Oscar sebagai dokter Hanibal Lecter dalam The Silence Of The Lambs benar-benar menunjukan kelasnya dalam film ini. Penampilannya sebagai tokoh Steven yang lugu, jujur, setia namun kukuh memegang prinsip sungguh telah menumbuhkan rasa iba.
Lihat saja misalnya, ketika Darlington terpuruk dan gedung Darlington Hall jatuh ke tangan politisi Amerika (Christhoper Reeve). Steven memang bangga dan mencintai Darlington tapi sebagai pelayan, dia tetap harus mengabdi siapa saja yang menjadi tuannya di gedung bersejarah itu. Pantas film ini memperoleh tujuh nominasi Oscar!