Selasa 06 Mar 2012 13:39 WIB

Anak Hobi Marah dan Menangis Saat Minta Sesuatu, Dikabulkan atau...

Rep: susie evidia/ Red: Endah Hapsari
Anak marah
Foto: givinglifeonline.com
Anak marah

REPUBLIKA.CO.ID, Anak Anda kerap menangis keras ketika meminta sesuatu? Lantas, Anda kebingungan dan mengabulkan semua keinginannya? Hmm, tampaknya Anda tidak sendiri. Banyak orangtua lain yang juga mengalami serupa. Masalahnya, apakah tepat solusi untuk mengabulkan semua keinginan anak?

Menurut psikolog Neny Widyana, keinginan memiliki sesuatu merupakan naluri setiap manusia, termasuk juga anak-anak. Usia TK (3-5 tahun) ketika mau sesuatu inginnya langsung dikabulkan. Kalau dilarang, mereka belum mengerti alasan-alasan yang konkret seperti harga yang mahal.

Solusinya, kata Neny, ketika anak meminta sesuatu harus diberi apresiasi. ‘’Orang tua harus mengapresiasi keinginan anak, karena kalau belum apa-apa mengatakan tidak, membuat anak kecewa, sedih. Bentuk apresiasinya dengan mengatakan boleh, tapi dengan alasan,’’ ujarnya.

Neny memaparkan, jawaban boleh atau tidak melarang sebaiknya diikuti pula dengan menyebutkan alasan yang bisa dipahami anak. Misalnya, dia mencontohkan, orangtua mengizinkan anak memiliki sebuah mainan, tapi nanti ketika uangnya sudah ada untuk membeli mainan itu.''Ketika nanti memang ibu sudah punya uang, jangan dibohongi. Makanya, orang tua harus mengukur diri alasannya, jangan mengada-ada,'' ujar Neny.

Konsep ‘boleh, tapi...’ ini awalnya memang berat, anak tidak bisa sekaligus menerima. Pasti akan protes, menangis. Protes biasanya dilakukan anak, karena orang tua tidak memberi alasan yang dipahami anak. Tidak boleh, pokoknya tidak boleh. Oleh karena itu beri alasan yang dipahami sesuai dengan usia anak.

Kalau anak masih juga protes, orang tua jangan luluh lantas mengabulkan begitu saja. ''Harus konsisten, sekali tidak ya, tidak. Ketika luluh, selain tidak melatih anak sabar, selanjutnya akan menjadi senjata untuk melakukan cara serupa ketika anak menginginkan sesuatu,'' ujar Neny tegas.

Menurut Neny, konsep ‘boleh, tapi …’ini harus dikenalkan sejak usia dini. K''onsep ini mendidik anak menjadi tidak memaksa. Anak juga menjadi lebih sabar, bisa menahan diri. Mereka juga tidak ingin cepat terpuaskan, emosinya bisa terkendali,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement