Rabu 08 Feb 2012 11:04 WIB

Batita Bersekolah, Perlu tidak Ya?

Perlukah batita masuk ke sekolah formal?/ilustrasi
Foto: CORBIS
Perlukah batita masuk ke sekolah formal?/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Buah hati Anda sudah berusia dua tahun dan tampak aktif bergerak. Dia juga asyik saja bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Anda pun mulai berpikir, sudah saatnya dia bersekolah. Namun, benarkah rencana menyekolahkan batita atau anak di bawah tiga tahun ini bersekolah?

Elly Risman, psikolog anak, menilai anak memang memiliki kecenderungan untuk meniru apa saja yang dilihatnya baik dari anggota keluarga atau lingkungan. Melihat teman-temannya pergi sekolah, ia juga terdorong untuk melakukan hal yang sama. Pada saat ini, kata Elly, sebaiknya orang tua mengembangkan sisi kecerdasan emosi dengan berbagai cara karena inilah saat yang pas untuk membentuk dasar-dasar etika anak.

Menurut seorang dokter yang meneliti kerja otak selama bertahun-tahun, usia 0-3 tahun bagian otak yang siap untuk dikembangkan adalah amigdala yang berkaitan dengan emosi. Pada usia ini, sebaiknya bayi diberi kesempatan untuk menerima rangsangan-rangsangan baru agar otaknya selalu aktif dan membentuk sambungan-sambungan.

Anak sebaiknya bertemu dengan banyak orang dan belajar berbagai ekspresi dari orang-orang yang ditemuinya. Orang tua diharapkan menunjukkan perasaan-perasaan positif dan ekspresi wajah yang sama dengan perasaannya. Ekspresi marah dan emosi negatif akan merusak otak anak. Sedangkan ekspresi emosi positif akan menguatkan kerja dan fungsi otak.

Jika anak sudah berkembang kematangan emosinya, terlihat dari kemampuan mengontrol dorongan-dorongan dari dalam dirinya, dengan mudah anak mencapai kematangan intelektualnya yang siap dikembangkan pada usia 6 tahun dan seterusnya. Pada usia ini, bagian otak anak yang berkaitan dengan membaca, menulis, dan berhitung sudah matang. ''Dengan latihan yang menyenangkan, anak dengan cepat dapat membaca dan berhitung, ia menjalani fitrahnya sebagai manusia yang diciptakan Allah SWT secara bertahap-tahap,'' ujar Elly dalam satu konsultasi.

Sebaliknya, jika belajar calistung (baca,tulis,berhitung) lebih dulu dikembangkan, anak akan mengalami jurang yang dalam antara kematangan emosi dan kematangan intelektualnya. Anak tumbuh cerdas namun cenderung impulsif tidak dapat mengontrol emosinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement