REPUBLIKA.CO.ID, Santi (bukan nama sebenarnya) gundah. Balitanya yang baru berusia empat tahun sering dipergoki sedang memegang kemaluannya saat minum susu atau menonton televisi. Bahkan, dia juga coba-coba mengintip Santi yang sedang berganti pakaian. Santi pun mulai bertanya-tanya, apakah tindakan anaknya ini normal dan bagaimana dia harus menyikapinya.
Menurut psikolog anak, Elly Risman Musa, anak mengalami perkembangan yang berbeda. Ada tahapan kognitif yang berkaitan dengan bertambahnya pengetahuan. Orang tua wajib mengembangkan pengetahuan anak terutama yang berkaitan dengan tata tertib, sopan santun, dan akhlak. Balita harus diberi pemahaman yang benar tentang hal yang baik dan buruk.
Aspek perkembangan lain yang juga berkembang pada balita adalah aspek psikososialnya. Anak harus mandiri dan berkembang harga dirinya pada masa ini. Oleh karena itu, kata Elly, seorang balita selayaknya memiliki kegiatan yang cukup menyalurkan energinya dan menyita perhatiannya sehingga ia tidak terpicu untuk memanipulasi kemaluannya.
Pada masa balita, lanjut Elly, anak memiliki minat pada diri dan produk dalam dirinya. Jika tidak disibukkan dengan kegiatan yang dapat mengembangkan kognitifnya dan kemandiriannya, ia akan terfokus pada kemaluannya. Hal ini terkadang diperkuat oleh kurangnya perhatian orang tua pada anak sehingga anak merasa tidak aman (insecure). ''Anak melakukan rangsangan pada kemaluannya karena merasakan sensasi yang menyenangkan dan ingin mengulangnya kembali,'' kata Elly dalam satu konsultasi.
Jika orang tua tidak memberi respons pada tingkah lakunya dengan cara yang benar, anak akan terus mengulangnya. Untuk itu orang tua harus menegur anak dengan cara yang bijaksana yaitu dengan memegang tangan anak sambil memberi alasan mengapa ia tidak boleh memainkan kemaluannya.
Biasanya anak akan bereaksi dengan kemarahan atau justru malu. Temani anak pada saat saat ia memainkan kemaluannya dan berbicara atau bercerita sehingga perhatiannya terfokus pada Anda. Jika anak merasa diperhatikan dan merasa aman, tingkah laku yang menyalurkan ketidaknyamanannya dengan memainkan kemaluannya lama kelamaan hilang. ''Anak juga perlu diberi kesempatan untuk bermain yang menguras energinya seperti berlari, main sepeda, dan main bola agar ia sudah lelah menjelang tidur dan saat minum susu,'' lanjut Elly.
Mengenai rasa ingin tahu anak pada lawan jenis adalah hal yang wajar. Tindakan si anak yang mengintip hanya untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan bukan karena dorongan seksual. Anak sedang menyambung-nyambungkan pengetahuannya.
Namun, yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah jangan memberi peluang pada anak untuk melihat aurat ibu atau adik perempuan. Hindari mandi bersama anak dengan jenis kelamin yang berbeda. Jagalah matanya dari melihat tontonan yang kurang baik untuk ukuran anak seusianya.