Ahad 29 Jan 2012 13:40 WIB

Menikmati Bangunan Bekas Tuan Tanah Belanda di Cipanas

Rep: agung sasongko/ Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR -- Butuh waktu sekitar tiga jam lebih, rombongan Melancong Bareng Abah Alwi untuk sampai ke Istana Cipanas. Maklum, kawasan puncak  di akhir pekan selalu dipadati warga Jakarta dan sekitarnya.

Sepanjang jalan hujan menemani rombongan. Hujan pun tak berhenti hingga bis yang membawa rombongan tiba di Istana Cipanas. Kedatangan rombongan, disambut oleh petugas Istana Cipanas. Tak lama, petugas segera mengarahkan rombongan menuju bangunan utama Istana Cipanas.

Gedung yang didominasi cat putih ini, sebuah bangunan yang didirikan pada 1740 oleh pemiliknya seorang tuan tanah Belanda bernama Van Headt.Pada masa gubernur Jenderal GW Baron van Imhoff (1743) karena daya tarik sumber air panasnya dibangun sebuah gedung kesehatan di sekitar sumber air panas tersebut. "Dari situlah disebut Istana Cipanas," papar Ade Supriyadi yang memandu rombongan Abah Alwi, Ahad (29/1).

Kata dasar panas, kata Ade, selanjutnya menjadi nama sebuah desa, Desa Cipanas. Karena  kekuatan air panas yang mengandung belerang dengan udaranya yang bersih tempat ini dijadikan  gedung pengobatan bagi anggota militer kompeni yang perlu mendapat perawatan.

Di bangunan utama, tepatnya ruang tamu, terdapat deretan kursi dan meja yang terbuat dari kayu jati Jepara. Usia meja ini sudah ratusan tahun. Di bawahnya, terdapat karpet bermotif sederhana yang merupakan karpet buatan Turki. Lalu pada dindingnya, terdapat sejumlah lukisan berukuran besar karya Basuki Abdullah yang menggambarkan latar belakang panorama kota Bogor.

Pada bagian tengah, rombongan dapat melihat ruang kerja Presiden pertama RI, Ir Soekarno. Ukurannya 3x4 meter. Pada dinding-dindingnya terdapat lukisan berukuran besar. Yang menarik, ada satu lukisan karya Sujono. Lukisan bernama "Seribu Pandang"ini menggambarkan panorama Kaliurang, Yogyakarta.

"Lukisan ini merupakan persembahan khusus bagi ulang tahun Bung Karno ke-50 pada tahun 1957. Keistimewaan lukisan ini terletak pada panorama jalan yang dapat dilihat dari berbagai arah. Dari arah kiri, maka jalan terlihat menuju kanan. Dari arah kanan, maka jalan yang terlihat menuju kiri," kata dia.

Selesai bagian tengah, rombongan lalu melihat empat buah kamar tamu. Menurut Ade, kamar-kamar ini merupakan tempat berisitirahat keluarga Presiden. Kamar-kamar ini dibiarkan seperti apa adanya. Namun, penerangan, televisi, dan meja rias sudah tergolong baru.

Pada bagian akhir, rombongan dapat menikmati selasar belakang dengan pemandangan yang asri. Kolam air pancur yang demikian luas, berikut dengan pepohonan besar memanjakan mata. "Pernikahan Ibas-Aliya berlatarbelakang air mancur tersebut," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement