Kamis 27 Oct 2011 16:03 WIB

Kuliner Nusantara Belum Jadi Identitas Nasional

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ismail Lazarde
Warung kuliner di Pasar Lereng, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat
Foto: Antara
Warung kuliner di Pasar Lereng, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kuliner merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi dan budaya sebuah bangsa. Karena itu, penting untuk diketahui dan dipahami sebagai identitas bangsa.

Pakar Kebudayaan dari Universitas Indonesia Lily Tjahjandari mengatakan, Indonesia kaya akan keragaman budaya. Dari keragaman budaya itu lahir kuliner nusantara. Menurut Lily, kuliner sejatinya bukan sekadar masakan biasa namun juga sesuatu yang mengandung nilai, simbol, aturan, serta pola konsumsi dan produksi masyarakat di dalamnya.

"Kuliner nusantara itu juga menunjukkan keberagaman latar belakang sosial, ekonomi dan golongan," kata dia di Jakarta, Kamis (26/10).

Sayangnya, kata Lily, sampai saat ini kuliner belum menjadi identitas bangsa yang bisa membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya. "Kuliner kita seharusnya bisa jadi identitas bangsa, seperti spaghetti yang identik dengan Italia," ujar Lily.

Lily menjelaskan dalam ilmu budaya dijelaskan sebuah teori yang disebut folklor. Teori ini mengungkap bagaimana masyarakat berpikir, bertindak, berperilaku dan memanifestasikan berbagai sikap mental, pola pikir dan tata nilai.

"Kuliner nusantara merupakan contoh folklor bukan lisan yang diwariskan secara turun-temurun dalam sebuah kolektif tertentu sebagai salah satu identitas," paparnya.

Dia mencontohkan makanan semur. Semur merupakan pencerminan dari kolektifitas tertentu. Sebuah produk budaya dari keragaman komunitas yang bersepakat bersatu dalam wadah negara Indonesia.

Sayangnya, kata dia, semur sebagai produk budaya itu belum mendapat pengakuan dari komunitas yang bersangkutan. Padahal pengakuan komunitas asal akan memberikan kekuatan pada hasil produk budaya itu sendiri sebelum diakui dunia.

Lily mengatakan kekuatan dari pengakuan komunitas sangat kuat peranannya untuk mencegah klaim sepihak yang dilakukan pihak asing." Komunitas ini tidak satu atau dua, tapi banyak. sebabnya pengakuan itu akan lebih kuat. "Diakui komunikas dulu, selanjutnya akan mendapatkan pengakuan Unesco," pungkas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement