Senin 23 May 2011 19:04 WIB

Ekspedisi Pulau Onrust, Dari James Cook Sampai Kartosuwirjo

Rep: Agung Sasongko/ Red: Johar Arif
Pulau Onrust
Foto: Republika.co.id/Agung Sasongko
Pulau Onrust

REPUBLIKA.CO.ID - Terik matahari terhalang pepohonan yang rindang. Daun berguguran seolah menutupi jejak kusam dan kesemrawutan. Jejak kaki terhitung puluhan langkah mengantarkan rombongan Melancong Bareng Abah Alwi melihat papan kusam reyot bertuliskan Taman Arkeologi Pulau Onrust.

Ya, itulah Pulau Onrust, salah satu dari sekian banyak pulau yang berada dalam gugusan Kepulauan Seribu. Pulau yang terkesan tidak terawat ini merupakan salah satu cagar budaya dan situs sejarah di Jakarta. Kondisinya memprihatinkan, sangat jauh berbeda ketika masyarakat dunia zaman dulu menyebutnya “pulau yang tidak pernah tidur” atau dalam bahasa Belanda disebut Onrust atau Unrest dalam bahasa Inggris.

Pemerhati dan penulis sejarah Jakarta,  Alwi Shahab, memaparkan, sebutan pulau yang tidak pernah tidur itu berawal dari aktivitas pemerintah kolonial Belanda  di pulau ini. Oleh pemerintah kolonial, pulau Onrust dijadikan semacam pusat galangan kapal dan bongkar muat bagi kapal-kapal yang tengah melewati samudera hindia untuk menjelajahi dunia atau kapal-kapal yang hendak menuju ke Sunda Kelapa. Konon, kata Abah Alwi, demikian sapaan akrabnya, Belanda menyerang Sunda Kelapa melalui pulau ini.

"Pada masanya, pulau ini begitu sibuk. Sebelum pelabuhan Tanjung Priok dibangun, Belanda benar-benar memanfaatkan pulau ini sebagai pelabuhan untuk bongkar muat kapal dan memperbaiki kapal," cerita Abah.

Abah mengatakan pulau Onrust juga berfungsi sebagai benteng pertahanan untuk melindungi Batavia dari serangan laut. Sebab lokasi pulau Onrust demikian strategis sehingga cocok untuk menghalangi musuh yang hendak menyerang Batavia. "Dulu ada bangunan galangan kapal dan semacam benteng pertahanan, tapi kini bangunan yang ada sudah tinggal puing-puingnya saja," kata Abah.

Pada tahun 1930-an, pemerintah Belanda menjadikan pulau ini sebagai asrama haji. Para calon haji ditempatkan dari pulau ini sebagai bagian dari proses adaptasi untuk perjalanan laut. Sebab masa itu belum dikenal transportasi udara. Alasan lain, pemerintah kolonial Belanda termakan isu yang mengatakan bahwa jamaah haji merupakan sumber penyakit pes.  “Pemerintah Kolonial Belanda membangun karantina haji lantaran takut tertular penyakit pes. Padahal, penyakit pes itu berasal beras yang diimpor dari Myanmar,” papar Abah.

Benar saja, pulau seluas 12.5 hektar ini didominasi reruntuhan bangunan yang diketahui sebagai rumah sakit, barak-barak haji dan benteng yang tidak lagi berbentuk. Yang bisa dilihat hanyalah puing-puing berikut dengan rerontokan dedaunan yang terlihat tidak pernah dibersihkan. Ironisnya lagi, sekalipun ada bangunan yang utuh, sebagian besar retak-retak dan dalam kondisi dicoret-coret oleh pihak tak bertanggung jawab.

Kembali Abah menjelaskan, pemerintah Hindia Belanda membangun karantina haji yang mampu menampung 3500 jamaah. Bangunan karantina seperti rumah sakit dan barak terbagi antara pulau Onrust dan pulau sebelahnya, pulau Cipir. Namun, pusat karantina berlangsung di pulau Onrust. Menurut Abah, para jamaah ini diwajibkan untuk tinggal di pulau Onrust selama 5 hari. Namun, bagi jamaah yang kedapatan mengidap penyakit tertentu maka masa karantina akan lebih lama lagi. "Boleh dibilang nasib haji zaman dulu tak ubahnya kuli," kata Abah.

Betapa tidak, kata Abah, saat berhaji mereka harus menjual tanah dengan harga murah. Sudah begitu, layanan haji sangat memprihatinkan. Sebagian besar waktu jamaah habis di tengah laut selama berbulan-bulan. Bahkan, ada dari mereka yang meninggal dalam perjalanan itu. "Saya pikir, tokoh nasional seperti HOS Cokroaminto bisa jadi pernah merasakan karantina haji ini," kata Abah.

Masa karantina haji di pulau Onrust berakhir ketika pemerintahan presiden Soekarno menjadikan pulau tersebut sebagai tempat pembuangan gelandangan, pengemis dan tahanan politik dari Jakarta. Hal yang sama juga dilakukan Belanda saat menangani pemberontakan anak buah kapal Zeven Provincien.  

Di zaman Soekarno, usai pemberontakan DI/TII ditumpas, pemimpin mereka, Kartosuwirjo, dihukum mati dan dimakamkan di pulau ini. "NII yang tengah menjadi pembicaraan itu, berawal dari sosok yang dimakamkan di pulau ini," papar Abah Alwi,

Dikatakan Abah, sebelum memutuskan mengeksekusi Kartosuwirjo, Bung Karno shalat Magrib dan berdoa terlebih dahulu. Usai dieksekusi mati, makam Kartosuwirjo dibuat menjadi dua buah yang sama persis. Hingga kini alasan dibuat dua makam tidak diketahui. Meski demikian, dari cerita yang berkembang di masyarakat mengatakan bahwa pembuatan dua makam serupa dimaksudkan untuk membingungkan pengikut NII. Hingga kini, makam Kartosuwirjo cukup terawat. Menurut Abah, banyak para peziarah yang mengunjungi makam Kartosuwirjo."Jadi jangan heran kalau ada bunga di sekitar makam," ungkap Abah.

Selain menjadi tempat pembuangan tokoh, pulau ini juga sempat dikunjungi penjelajah barat yang diklaim sebagai penemu benua Australia, James Cook.  Menurut Abah, James Cook sempat mampir ke Pulau Onrust guna memperbaiki kapalnya “Endeavour” yang rusak berat setelah menjelajahi separuh dunia.  "James Cook pernah ke pulau Onrust untuk memperbaiki kapalnya," papar Abah.

Dikatakan Abah, dalam catatan perjalanannya, James Cook bahkan mengakui kehebatan layanan perbaikan kapal di pulau Onrust." Tak ada satupun galangan kapal yang mampu menandingi ketelitian pulau Onrust dalam memperbaiki kapal. Mereka menggunakan dua  tiang besar untuk memiringkan kapal," kata Abah menirukan perkataan James Cook.

Potensi Wisata

Kendati belum digarap secara maksimal, pulau Onrust memiliki potensi wisata yang luar biasa. Sebagai buktinya, menurut data UPT Taman Arkeologi Pulau Onrust tahun 2010 mencatat 1250 pengunjung mengunjungi pulau Onrust. " Kendati minim fasilitas, Onrust memiliki daya tarik," papar Kepala seksi Koleksi dan Perawatan UPT Taman Arkeologi Pulau Onrust, Nelita, Kepada Republika.co.id, ahad (22/5).

Nelita mengatakan daya tarik itu terdapat pada keberadaan pulau yang memiliki panorama indah. Yang disayangkan, faktor panorama itu justru meniadakan cerita sejarah pulau Onrust. "Tertarik pada panorama merupakan alasan utama. Hanya sedikit yang tertarik dengan tentang sejarahnya," kata dia.

Harus diakui, kata Nelita, penyebabnya adalah minimnya fasilitas. Hal itu memang menjadi pekerjaan rumah UPT untuk mengupayakan adanya perbaikan ke depan." Kita sudah siapkan masterplan pengelolaan pulau Onrust. Sekarang masih tahap penggodokan, " kata dia.

Dijelaskan Nelita, masterplan itu meliputi perbaikan prasarana seperti pembangunan jembatan antar pulau onrust, pulau Cipir dan Pulau Kelor. Selain jembatan akan dibangun pula bangunan rumah sakit, barak-barak haji, benteng dan pusat galangan kapal. " Jadi semacam rekonstrukasi," kata dia..

Kunjungan Keempat

Menjelajahi  pulau Onrust  merupakan edisi keempat acara ‘Melancong Bareng Abah Alwi’ yang diselenggarakan oleh Republika. Sebelumnya, acara tur ini mengunjungi kawasan Arab Town, China Town dan Banten Lama. Abah Alwi mengatakan kebanyakan warga Jakarta tidak mengetahui bahwa kepulauan Seribu memiliki peran yang besar dalam sejarah Jakarta. Dalam catatan sejarah disebutkan VOC, perusahaan dagang Belanda sebelum menjejakan kaki di Batavia, lebih dulu singgah di pulau ini. Yang menarik, kata Abah, penemu benua Australia pernah singgah untuk memperbaiki kapalnya. "Ditempat ini pula para jamaah Haji dikarantina. Belum lagi cerita pahit yang ada dalam pulau ini," kata Abah.

Serupa dengan tiga acara melancong sebelumnya, peserta Melancong Bareng Abah Alwi banyak diminati warga Jakarta. Untuk Melancong kali ini, total peserta mencapai 140 orang. Pesertanya pun beragam mulai dari tua-Muda, Laki-laki-Perempuan, Anak-anak dan Dewasa. Meski beragam, mereka punya kesepakatan yang sama, mempelajari sejarah sembari jalan-jalan merupakan hal yang mengasyikan.

Ketua Panitia acara Melancong Bareng Abah Alwi, Dedik Supardiono mengatakan ada dua hal istimewa dalam edisi Melancong Abah Alwi bertajuk Ekspedisi Pulau Onrust yang berlangsung Ahad, (22/5). Pertama, peserta Melancong Abah Alwi membludak. Semula, peserta Melancong dibatasi hanya 75 orang. Namun, lantaran peminatnya banyak maka panitia acara menambah kuota peserta menjadi 140 peserta. Keistmewaan kedua, ada dua anggota Kopassus, divisi pasukan elit TNI, turut serta dalam acara Melancong Bareng Abah Alwi. "Kami terpaksa mas banyak menolak," kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (22/5) sebelum membuka acara Melancong.

________________________________

Anda punya pengalaman mengesankan saat mengunjungi tempat-tempat wisata menarik? Kirimkan tulisan Anda beserta foto-foto ke: [email protected]. Tulisan disertai identitas jelas pengirim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement