REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI - Di daerah Kerinci, ada satu menu khas yang tak bakal terlupakan siapapun yang mencicipinya: rendang cempedak. Sekilas, penampilannya seperti Rendang Nangka Padang yang sudah sangat populer itu.
Beda dengan rendang nangka yang sudah populer, rendang cempedak memang hanya sedikit orang yang tahu. Bahkan, warga Muarojambi, Johansyah, yang juga orang Jambi, mengaku baru menemukannya.
Menurut dia yang juga pecinta kuliner, rendang cempedak sangat unik. Rasanya memang khas, karena bumbu rendangnya bertemu dengan daging nangka atau cempedak yang oleh orang lain sering hanya dijadikan gulai.
Tapi rasa lezat dan khas itu harus dirasakan secara berhati-hati karena bagi perut atau lambung yang tak terbiasa bisa terkejut dengan menu itu hingga menimbulkan sedikit masalah.
Bagi yang punya penyakit lambung, katanya, tidak disarankan untuk banyak mengkonsumsi kuliner barbahan utama cempedak itu.
"Bagi lambung kita orang Muarojambi yang terbiasa masakan manis seperti masakan Tempoyak, tentu saja perlu beradaptasi dengan kuliner pedas namun lezat ini. Kita harus hati-hati karena nangka bisa memicu meningkatnya zat asam lambung," ujarnya.
Salah satu penyebab tingginya nilai rasa rendang cempedak Kerinci adalah teknik masaknya yang menggunakan 'kawah' kuali besar secara bersama-sama oleh masyarakat. Asap kayu bakar yang mengepul dari kayu bakar kayumanis di bawah tungku turut hinggap pada masakan di atasnya meninggalkan rasa lezat yang unik dan khas.
Satu lagi yang khas dari kerinci adalah sambal kanja, atau sambal belut. Dipadankan dengan rendang cempedak....wuih rasanya!