Rabu 11 Aug 2010 21:07 WIB

Jadi Perempuan Cantik tidak Selalu Menguntungkan

Rep: Antara/ Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menjadi perempuan cantik tidak selamanya menguntungkan. Penelitian yang dirilis dalam "Journal of Social Psychology" baru-baru ini menunjukkan bahwa perempuan cantik mengalami diskriminasi saat melamar pekerjaan yang dianggap maskulin dan pekerjaan yang tidak membutuhkan penampilan yang menarik.

Posisi pekerjaan yang dimaksud adalah manajer riset dan pengembangan, direktur keuangan, insinyur mekanik dan pengawas bangunan. ''Dalam profesi ini menjadi menarik sangat merugikan bagi wanita. Dalam setiap pekerjaan lain, wanita menarik dibutuhkan. Ini bukan masalah bagi pria, yang menunjukkan bahwa masih ada standar ganda menyangkut gender,'' kata Stefanie Johnson, asisten profesor di University of Colorado Denver yang melakukan penelitian.

Penelitian itu mengungkapkan bahwa pria yang menarik tidak mengalami diskriminasi yang sama dan selalu mendapat keuntungan.

Menurut Johnson, orang yang berwajah menarik masih memiliki keuntungan. Mereka cenderung mendapat gaji lebih tinggi, evaluasi penampilan lebih baik, tingkat penerimaan lebih tinggi di universitas, memiliki rating pemilih lebih baik saat menjalankan jabatan pemerintah dan lebih mendapat keuntungan saat menghadapi uji penilaian.

Survei yang dilakukan majalah Newsweek baru-baru ini terhadap 202 manajer dan 964 anggota masyarakat, menyimpulkan bahwa wajah berperan dalam segala aspek di tempat kerja dan terutama bagi perempuan. Saat diminta memberi peringkat sembilan atribut paling penting dalam skala satu hingga sepuluh, wajah berada dalam peringkat ketiga, diatas pendidikan dan rasa humor.

''Dalam dua penelitian, kami menemukan bahwa daya tarik bermanfaat bagi pria dan wanita yang melamar pekerjaan, dalam hal tingkat kesesuaian kerja. Bagaimanapun juga, daya tarik lebih bermanfaat bagi perempuan yang melamar jenis pekerjaan feminin daripada jenis pekerjaan maskulin,'' seperti tertulis dalam penelitian itu.

Dalam satu eksperimen, peserta diberi daftar pekerjaan dan foto pelamar dan diminta untuk mengelompokkan mereka berdasarkan kesesuaian mereka terhadap pekerjaan. Mereka memiliki tumpukan foto dari 55 pria dan 55 perempuan. Perempuan cantik cenderung dikelompokkan dalam pekerjaan seperti resepsionis atau sekretaris. Perempuan cantik cenderung diabaikan dalam kategori pekerjaan seperti direktur keamanan, sales perangkat keras, penjaga penjara dan sopir truk gandeng.

''Orang bisa berargumentasi bahwa dalam kondisi tertentu penampilan fisik bisa menjadi dasar yang sah untuk mempekerjakan seseorang. Dalam pekerjaan yang melibatkan kontak tatap muka dengan klien, seperti sales, lebih banyak pelamar yang menarik secara fisik bisa melakukan pekerjaan lebih baik dari mereka yang kurang menarik,'' kata Johnson.

Johnson menegaskan pentingnya pertimbangan yang sama menyangkut kecantikan fisik dalam hal pekerjaan bagi pria dan wanita untuk menghindari diskriminasi terhadap perempuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement