Jumat 14 Nov 2025 21:00 WIB

Afrika Dilaporkan Hadapi Wabah Kolera Terburuk dalam 25 Tahun Terakhir

Tanpa air bersih, sulit untuk mengendalikan kolera.

Rep: Antara/Anadolu/ Red: Qommarria Rostanti
Pasien dengan gejala kolera (ilustrasi). Afrika dilaporkan berada dalam kondisi darurat kesehatan publik, setelah dilaporkan menghadapi wabah kolera terburuk yang terjadi dalam 25 tahun terakhir.
Foto: AP/Odelyn Joseph
Pasien dengan gejala kolera (ilustrasi). Afrika dilaporkan berada dalam kondisi darurat kesehatan publik, setelah dilaporkan menghadapi wabah kolera terburuk yang terjadi dalam 25 tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, RWANDA -- Afrika dilaporkan berada dalam kondisi darurat kesehatan publik, setelah dilaporkan menghadapi wabah kolera terburuk yang terjadi dalam 25 tahun terakhir. Badan kesehatan terkait pada Kamis (13/11/2025) waktu setempat mengungkapkan bahwa situasi ini sangat mengkhawatirkan, dengan lonjakan kasus yang paling signifikan terjadi di dua negara yakni Burundi dan Angola.

Kolera, penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri dan ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi, dengan cepat menyebar dan membebani sistem kesehatan yang sudah rapuh di banyak wilayah benua tersebut. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC) menunjukkan bahwa lebih dari 300 ribu kasus kolera telah tercatat sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan sekitar 254 ribu kasus tahun lalu, sementara lebih dari 7.000 kematian telah tercatat di seluruh benua tersebut.

Baca Juga

Dalam konferensi pers mingguan virtual, Jean Kaseya, direktur jenderal Africa CDC, mengatakan kolera masih menjadi masalah utama yang dihadapi Afrika. Melihat tren dari 2022 hingga saat ini, Jean mengatakan, tampaknya setiap tahun, semakin banyak kasus yang tercatat dan tren yang sama terkait jumlah kematian dan jumlah negara yang terdampak.

"Kita perlu mengoperasionalkan sepenuhnya rencana respons kolera yang diluncurkan di Zambia untuk menghentikan tren yang kita lihat di Afrika," ujarnya.

Rencana tersebut, yang diluncurkan di ibu kota Zambia, Lusaka pada Agustus dan berlangsung dari September 2025 hingga Februari 2026, mencakup pengawasan, manajemen kasus, pelibatan masyarakat, logistik, dan vaksinasi. Lonjakan kasus kolera saat ini menunjukkan peningkatan lebih dari 30 persen dari total kasus yang tercatat tahun lalu.

Angola dan Burundi telah mengalami lonjakan kasus dalam beberapa minggu terakhir, menurut data CDC Afrika, yang disebabkan oleh infrastruktur air yang rapuh. Kaseya mengatakan tanpa air bersih, sulit untuk mengendalikan kolera. CDC Afrika bekerja sama dengan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut.

Wabah di Republik Demokratik Kongo masih menjadi masalah utama akibat konflik dan perpindahan penduduk, meskipun sedikit penurunan kasus terlihat pekan ini, menurut pejabat kesehatan tersebut. Kolera, sebuah infeksi bakteri, telah melanda 23 negara Afrika. Penyakit itu disebabkan oleh konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement