Selasa 21 Oct 2025 09:55 WIB

Dari Playlist ke Teknologi Militer: Daniel Ek dan Kontroversi Baru Spotify

Musik dan senjata dinilai bukan kombinasi yang baik.

Pengguna mendengarkan lagu di Spotify (ilustrasi).
Foto: Dok. Republika
Pengguna mendengarkan lagu di Spotify (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Platform musik digital Spotify tengah menghadapi gelombang kritik dan ancaman boikot dari musisi dan pengguna di seluruh dunia. Kecaman terjadi menyusul langkah pendirinya, Daniel Ek, yang menanamkan investasi besar di perusahaan teknologi pertahanan asal Jerman, Helsing.

Langkah ini menimbulkan pertanyaan besar. Bagaimana mungkin perusahaan yang dibangun dari semangat musik dan kreativitas kini terseret dalam kontroversi seputar industri persenjataan?

Baca Juga

Daniel Ek, dilansir dari Reuters, dikenal sebagai sosok yang mengubah wajah industri musik dunia. Saat mendirikan Spotify pada 2006, ia menawarkan solusi terhadap pembajakan musik lewat model streaming yang legal dan terjangkau.

Kini, hampir dua dekade kemudian, pria kelahiran Stockholm itu memutuskan untuk melangkah ke bidang yang sama sekali berbeda. Yaitu investasi teknologi dan pertahanan.

Lewat perusahaan modal venturanya, Prima Materia, Ek mengucurkan dana sekitar 600 juta Euro (sekitar Rp 11 triliun) ke Helsing. Ini adalah perusahaan yang mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI) untuk keperluan militer, termasuk drone dan perangkat lunak pertahanan.

Helsing sendiri menegaskan bahwa teknologinya digunakan hanya untuk pertahanan negara-negara Eropa terhadap agresi Rusia di Ukraina. Menurut Helsing teknologinya bukan untuk peperangan di wilayah lain.

Musisi Angkat Suara...

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement