REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekakuan pada otot hamstring saat melakukan peregangan sering kali dianggap sebagai tanda kurangnya fleksibilitas. Padahal, menurut para ahli, masalah sebenarnya mungkin terletak pada sistem saraf.
Kekakuan yang tidak kunjung hilang meskipun sudah rutin melakukan peregangan bisa jadi merupakan sinyal peringatan dari otak, bukan sekadar masalah otot.
Otot hamstring adalah sekelompok otot vital yang terletak di bagian belakang paha. Fungsinya sangat penting, mulai dari menstabilkan dan meluruskan sendi pinggul dan lutut hingga membantu gerakan menekuk lutut dan memberikan kontrol rotasi.
Kekakuan di area ini memang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penggunaan berlebihan, cedera, terlalu lama duduk, ketidakseimbangan otot, atau postur tubuh yang buruk. Namun, seperti dijelaskan oleh komunikator kesehatan Cynthia Weiss dari Mayo Clinic, saraf juga bisa menjadi penyebab utama yang sering terabaikan.
"Lebih seringnya, peregangan hanya memberikan kelegaan sementara, lalu sensasi kaku itu kembali lagi. Alasannya berkaitan dengan bagaimana tubuhmu memberi sinyal, serta cara kerja jalur saraf dan rasa sakitmu," tulis Cynthia Weiss dalam laporannya dikutip dari laman Best Life pada Rabu (27/8/2025).
Weiss mengatakan kekakuan yang dirasakan pada hamstring tidak selalu berhubungan dengan kurangnya mobilitas atau fleksibilitas otot. Sebaliknya, sensasi ini bisa menjadi sinyal peringatan yang lebih luas dari sistem saraf ke otak, yang menandakan adanya "ancaman". Ini adalah mekanisme pertahanan tubuh. "Artinya, tubuhmu sedang merasa kesakitan, sehingga saraf mengirimkan peringatan dengan harapan kamu dapat memperlambat pergerakan," ujar Weiss.
Ia menyebut meskipun dalam beberapa kasus kekakuan bisa menjadi tanda cedera, sering kali itu hanyalah sebuah peringatan dari tubuh untuk menghindari potensi cedera. Saraf mengirimkan pesan ke otak tentang sensasi seperti hangat, getaran, atau sentuhan ringan, yang oleh otak dapat dianggap sebagai potensi bahaya.
Ketika otak menilai sinyal tersebut berbahaya, ia merespons dengan mengirimkan sensasi nyeri ke area tersebut atau bahkan mengabaikannya. "Jika dikaitkan kembali dengan kekakuan, sensasi ini hanyalah pesan terus-menerus yang dikirim dari ujung saraf tentang otot tersebut, dan otak memutuskan bahwa pesan itu bisa berpotensi berbahaya," kata Weiss.
Meskipun saraf berperan lebih besar dari yang diperkirakan, para ahli menyarankan kombinasi peregangan dan latihan kekuatan dapat memberikan kelegaan jangka panjang. Penguatan otot, seperti melalui gerakan squat dan leg press, sangat penting. Sebuah studi pada April 2025 bahkan menemukan bahwa individu yang otot hamstring-nya hanya setengah sekuat otot quadriceps (otot paha depan) memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar mengalami cedera hamstring.
"Dengan memperkuat dan meregangkan otot secara teratur, risiko cedera akan berkurang, dan sistem saraf menjadi kurang khawatir tentang cedera karena tidak lagi menganggap kelemahan sebagai potensi ancaman," ujar Weiss.
Selain itu, para ahli merekomendasikan peregangan hamstring dinamis yang melibatkan gerakan terkontrol dan berkesinambungan, seperti leg swings, hamstring scoops, dan walking hamstring stretches. Penelitian menunjukkan bahwa baik peregangan supine (sambil berbaring telentang) maupun peregangan berdiri sama-sama efektif dalam memberikan perlindungan.
Penting untuk diingat bahwa setiap rasa sakit, termasuk kekakuan otot, diproses di otak. Meskipun kekakuan mungkin hanya sebuah peringatan dan bukan cedera sungguhan, tetaplah penting untuk mendengarkan tubuh. Pastikan untuk melakukan pemanasan yang benar sebelum beraktivitas fisik, beristirahat saat otot terasa lelah atau sakit, dan segera cari bantuan medis jika rasa sakit terasa parah atau tidak kunjung hilang.