Senin 18 Aug 2025 11:20 WIB

Hilang Fokus karena Multitasking? Coba 5 Strategi Jitu Ini

Multitasking sering dianggap produktif, padahal justru bisa merusak produktivitas.

Wanita multitasking (ilustrasi). Meskipun sering dianggap produktif, kebiasaan ini justru dinilai dapat merusak produktivitas secara signifikan.
Foto: Dok. Freepik
Wanita multitasking (ilustrasi). Meskipun sering dianggap produktif, kebiasaan ini justru dinilai dapat merusak produktivitas secara signifikan.

REPUBLIKA.CO.ID. JAKARTA — Renrang perhatian kita kini terasa semakin pendek. Kemudahan akses terhadap hiburan instan melalui media sosial (medsos) membuat otak terus-menerus dibanjiri oleh distraksi digital, bahkan sejak bangun tidur.

Akibatnya, satu kebiasaan buruk telah merajalela yaitu multitasking. Meskipun sering dianggap produktif, kebiasaan ini justru dinilai dapat merusak produktivitas secara signifikan.

Baca Juga

Melompat dengan cepat dari satu tugas ke tugas lainnya mungkin terasa produktif dan mudah menjadi kebiasaan, tetapi penelitian menunjukkan hal sebaliknya. Berbagai studi telah menemukan bahwa multitasking justru menyebabkan lebih banyak kesalahan, membuang-buang waktu, dan meningkatkan stres mental maupun fisik.

Dari sudut pandang psikologis, multitasking sebenarnya tidak benar-benar ada. Apa yang kita lakukan sebenarnya disebut task switching yaitu memindahkan fokus dengan cepat dari satu hal ke hal lain.

“Setiap kali Anda beralih, Anda membayar 'pajak' atas waktu dan energi Anda,” ujar ilmuwan saraf kognitif di UC Berkeley, dr Sahar Yousef, dikutip dari laman Best Life pada Senin (18/8/2025).

Profesor di University of California Irvine, Gloria Mark, PhD, dalam sebuah podcast American Psychological Association, menyoroti bagaimana rentang perhatian kita telah menurun drastis. Pada awal tahun 2000-an, kita bisa fokus pada layar selama rata-rata dua setengah menit. Dalam lima tahun terakhir, angka itu turun menjadi hanya 47 detik, dan terus menurun.

Mark juga mengutip William James, seorang pelopor psikologi, yang pernah berkata, “Setiap orang tahu apa itu perhatian. Itu adalah penguasaan oleh pikiran dalam bentuk yang jelas dan hidup dari salah satu dari beberapa objek atau alur pikiran yang tampaknya mungkin terjadi secara bersamaan”. Dengan demikian, multitasking adalah kebalikan dari perhatian.

Lalu, bagaimana cara melepaskan diri dari jebakan multitasking? Berikut adalah beberapa strategi yang terbukti efektif berdasarkan penelitian tentang produktivitas:

1. Fokus pada Satu Hal dalam Satu Waktu

Hilangkan distraksi. Tutup tab peramban yang tidak perlu atau gunakan jendela baru. Jika sedang membersihkan rumah, fokuslah pada satu tugas seperti menyedot debu sebelum pindah ke tugas berikutnya. Dalam percakapan, berikan perhatian penuh kepada lawan bicara Anda. Pastikan juga Anda fokus pada hal yang benar-benar penting.

2. Ambil Jeda Secara Teratur

Anda akan memiliki lebih banyak energi dan fokus ketika memberikan waktu pada otak untuk mengisi ulang. Jadwalkan jeda sepanjang hari, dan selama jeda tersebut, benar-benar istirahat. Jangan mencoba menyelinap ke tugas lain. Harvard Business Review memiliki wawasan berbasis penelitian tambahan tentang mengapa hal ini sangat penting.

3. Blok Waktu di Kalender

Gunakan teknik time-blocking untuk melindungi fokus. Baik itu untuk satu tugas, istirahat, atau tugas harian yang tidak terduga, membuat ruang di kalender membantu mencegah kekacauan multitasking.

4. Coba Metode Pomodoro

Metode ini menggabungkan kerja fokus dan jeda singkat. Bekerjalah selama 25–50 menit, lalu ambil jeda 5–10 menit sebelum memulai tugas berikutnya. Ini adalah cara yang didukung sains untuk tetap produktif tanpa kelelahan, seperti yang dicatat oleh University of Minnesota. Sebuah studi tahun 2023 menemukan bahwa jeda yang sistematis memiliki manfaat suasana hati dan efisiensi dibandingkan jeda yang diatur sendiri.

5. Singkirkan Segala Gangguan

Lingkungan memainkan peran besar dalam kemampuan untuk tetap fokus. Matikan notifikasi, ciptakan ruang kerja yang tenang, dan tetapkan batasan untuk meminimalkan interupsi. Salah satu penelitian menemukan bahwa dampak pekerjaan yang terinterupsi bisa sangat merusak dalam hal menambah stres.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement