Rabu 06 Aug 2025 11:25 WIB

WhatsApp Luncurkan Fitur Anti-Penipuan, 6,8 Juta Akun Ditangguhkan

Fitur baru bantu deteksi penipuan di grup dan pesan pribadi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Friska Yolandha
 Sebuah ilustrasi foto menunjukkan logo aplikasi pesan media sosial Whatsapp (kiri dan kanan), signal dan telegram.
Foto: EPA-EFE/IAN LANGSDON
Sebuah ilustrasi foto menunjukkan logo aplikasi pesan media sosial Whatsapp (kiri dan kanan), signal dan telegram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aplikasi perpesan dari Meta, WhatsApp, meluncurkan serangkaian fitur baru yang dirancang untuk membantu pengguna mengenali dan melindungi diri dari penipuan. Perusahaan juga mengungkapkan bahwa mereka telah menangguhkan lebih dari 6,8 juta akun yang terhubung dengan pusat penipuan global yang menargetkan pengguna di seluruh dunia.

"Kami memperkenalkan beberapa fitur keamanan untuk mengidentifikasi penipuan baik dalam percakapan grup maupun individu," kata perusahaan tersebut seperti dilansir dari TechCrunch, Rabu (6/8/2025).

Baca Juga

Untuk obrolan grup, WhatsApp kini menyertakan fitur safety overview yang akan muncul ketika seseorang yang tidak ada dalam daftar kontak menambahkan Anda ke grup baru. Fitur ini memberikan informasi kunci tentang grup, termasuk siapa yang menambahkan dan apakah ada anggota grup yang merupakan kontak Anda.

Jika pengguna merasa grup tersebut mencurigakan, maka bisa memilih untuk tidak melihat pesan di grup atau memutuskan untuk keluar. Notifikasi obrolan grup juga akan dibisukan hingga pengguna memastikan grup tersebut aman.

Sementara itu, untuk percakapan individu, WhatsApp menambahkan fitur peringatan saat pengguna mulai berkomunikasi dengan seseorang yang bukan kontak. Peringatan ini memberikan informasi tambahan tentang siapa yang sedang dihubungi, bertujuan untuk mengurangi risiko penipuan dari orang asing yang menghubungi melalui pesan pribadi.

Tidak hanya merilis fitur baru, WhatsApp juga bekerja sama dengan OpenAl untuk mengatasi penipuan yang berasal dari pusat penipuan di Kamboja.

"Penipuan ini melibatkan berbagai skema, seperti menawarkan pembayaran palsu untuk 'likes' di media sosial ata meminta investasi dalam cryptocurrency yang tidak jelas," demikian pernyataan WhatsApp.

Penipu ini menggunakan ChatGPT untuk membuat pesan teks otomatis yang mengarahkan korban ke percakapan WhatsApp. Setelah itu, korban diarahkan ke Telegram, di mana mereka diminta untuk memberi likes pada video TikTok. Para penipu membangun kepercayaan dengan mengklaim korban sudah menghasilkan uang, sebelum akhirnya meminta mereka mengirimkan dana ke akun cryptocurrency.

WhatsApp juga menyarankan pengguna untuk lebih berhati-hati dalam menanggapi pesan yang mencurigakan. Pengguna disarankan untuk memeriksa keabsahan pesan, terutama jika isi pesan terasa terlalu mendesak atau tidak masuk akal.

Jika pesan mengklaim berasal dari teman atau keluarga, WhatsApp menyarankan untuk memverifikasi identitas mereka melalui saluran komunikasi lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement