REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepuluh relawan asal Indonesia yang berencana mengikuti aksi solidaritas Global March to Gaza harus menghentikan perjalanannya. Setelah menghadapi pengawasan ketat dari otoritas Mesir, mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke Tanah Air.
Menurut salah satu relawan yang juga public figure, Wanda Hamidah, keputusan untuk pulang diambil karena otoritas keamanan Mesir menganggap aksi long march ini sebagai kegiatan ilegal. Akibatnya, mereka tidak diberi kebebasan bergerak dan terus berada di bawah pengawasan ketat. Meski demikian, Wanda menyebut perjalanan tersebut sebagai pengalaman spiritual yang mendalam dan penuh makna.
"Kami pulang dari perjalanan batin Global March to Gaza ini luar biasa," kata Wanda dalam unggahan di Instagram pribadinya, dikutip pada Selasa (17/6/2025). la juga menyisipkan kutipan dari Alquran surah Ali Imran ayat 139 sebagai pengingat untuk tetap teguh dalam perjuangan.
Wanda menegaskan bahwa meskipun tidak dapat menembus Gaza, semangat mereka untuk menyuarakan penderitaan rakyat Palestina tidak akan padam. la menyoroti tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza, termasuk nasib anak-anak, orang tua, dan keluarga yang menjadi korban konflik berkepanjangan.
"Kita tidak akan pernah menormalisasi bayi-bayi tanpa kepala, seorang anak yang mengayuh sepeda membawa mayat ayahnya, seorang ibu yang kehilangan sembilan anaknya, seorang ayah yang mengais sampah untuk memberi makan keluarganya," kata Wanda.
la juga menyampaikan apresiasi kepada rekan-rekannya yang tetap berkomitmen dalam perjalanan tersebut, meski harus menghadapi tantangan fisik dan emosional. Ia pun berterima kasih kepada semua pihak yang memberi dukungan.
"We will speak louder, do harder, karena Gaza deserves it! Ini bukanlah akhir, tapi permulaan. Mari kita bersatu untuk Gaza," ujarnya.
Selain Wanda, relawan lain yang turut serta dalam rombongan ini antara lain Zaskia Adya Mecca, Ratna Galih, Hamidah Rachmayanti, Irvan Farhad, Indadari Mindrayanti, Hemy Sution, Nur Aminah, Tandya Rachmat, dan M Hibatur Rahman. Global March to Gaza merupakan aksi solidaritas internasional berupa long march sejauh 50 kilometer dari Mesir menuju Gerbang Rafah. Aksi ini rencananya sekitar 10 ribu peserta dari lebih dari 50 negara dan berpuncak pada 15 Juni 2025, dengan tujuan mendorong dibukanya akses kemanusiaan ke Gaza.
Namun menurut Zaskia Mecca, dari seluruh peserta long march internasional, tidak sampai 30 persen yang berhasil menembus check point di Ismailia. Banyak peserta yang ditahan, bahkan dideportasi.
la mengungkapkan bahwa sejak tiba di Kairo, rombongan relawan Indonesia terus diawasi oleh aparat. Mereka bahkan sempat berpindah ke hotel bintang lima demi menghindari pengawasan, namun langkah tersebut tidak mengubah situasi. Meskipun tak dapat melanjutkan aksi secara langsung di Gaza, para relawan Indonesia menyatakan komitmennya untuk terus menggalang dukungan dan menyuarakan kepedulian terhadap krisis kemanusiaan di Palestina.
View this post on Instagram