Senin 09 Jun 2025 15:30 WIB

Kasus Stunting di Sigi Meningkat

Beberapa faktor sosial diduga menjadi pemicu naiknya kasus stunting.

ilustrasi Stunting.
Foto: Republika/Mardiah
ilustrasi Stunting.

REPUBLIKA.CO.ID, SIGI — Setelah tiga tahun menunjukkan tren penurunan, angka stunting di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, kembali melonjak. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi mencatat prevalensi stunting pada tahun 2024 mencapai 33 persen, naik 6,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Memang selama tiga tahun terakhir sejak 2021 hingga 2023 angka stunting di Sigi turun, tapi untuk tahun 2024 kita mengalami naik 6,6 persen dari 26,4 persen menjadi 33 persen,” kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Sigi, Riadin Lahido, melalui sambungan telepon, Senin (9/6/2025).

Ia mengakui belum mengetahui secara pasti penyebab kenaikan tersebut, namun beberapa faktor sosial diduga ikut memengaruhi.

“Belum diketahui penyebab utamanya, yang jelas di Sigi ini pernikahan dini masih cukup tinggi dan partisipasi masyarakat ke posyandu perlu didorong lagi,” ucapnya.

Data Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah menunjukkan, selain Sigi, empat kabupaten/kota lain juga mengalami kenaikan angka stunting pada 2024. Banggai Kepulauan naik menjadi 28,4 persen, Buol 36,9 persen, Banggai Laut 26,6 persen, dan Kota Palu 25,6 persen.

Wakil Bupati Sigi, Samuel Yansen Pongi, menyatakan pemerintah daerah menargetkan penurunan angka stunting secara bertahap hingga mencapai nol kasus. Namun realitanya, tantangan infrastruktur dan kondisi geografis memperparah situasi.

“Faktanya stunting di Kabupaten Sigi naik, yang awalnya 26 persen menjadi 33 persen,” katanya.

Menurut Samuel, salah satu faktor penyebabnya adalah ketimpangan infrastruktur, terutama di wilayah pegunungan yang sulit diakses.

“Jalan-jalan di pegunungan selama ini memang belum ada memadai, sehingga jika terjadi hujan maka mengakibatkan longsor dan tidak dapat dilintasi masyarakat,” ujarnya.

Untuk diketahui, pada 2021 angka stunting di Sigi sempat berada di 40,7 persen. Angka itu turun menjadi 36,8 persen pada 2022, dan kembali turun signifikan menjadi 26,4 persen pada 2023. Namun peningkatan pada 2024 menjadi sinyal perlunya strategi baru dalam penanganan stunting di daerah ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement