REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gaya hidup mager alias malas gerak ternyata tidak hanya menyebabkan badan pegal. Lebih dari itu, duduk terlalu lama bisa memicu berbagai masalah kesehatan serius, bahkan meningkatkan risiko kematian dini. Hal ini diungkapkan oleh dosen fakultas kedokteran IPB University, dr Widya Eka Nugraha.
“Gaya hidup sedenter atau biasa disebut mager berbeda dengan inaktivitas fisik biasa. Ini adalah kondisi ketika seseorang bahkan tidak melakukan aktivitas ringan,” kata dr Widya dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (24/4/2025).
Ia menjelaskan, aktivitas fisik dapat menggunakan satuan METs (Metabolic equivalents). Jika aktivitas memiliki METs kurang dari 1,5 maka tergolong sedentary. Contoh aktivitas ini meliputi duduk dalam waktu lama, rebahan, atau menonton televisi tanpa bergerak.
“Seseorang disebut punya gaya hidup sedenter kalau lebih dari 50 persen waktu bangunnya (kurang lebih 6 jam) dihabiskan hanya untuk duduk atau aktivitas sejenisnya,” kata dr Widya.
Ia mengatakan studi terbaru menunjukkan bahwa duduk lebih dari 15 menit dalam satu sesi sudah meningkatkan risiko kematian, dibandingkan duduk kurang dari 10 menit per sesi duduk. Bahkan orang yang rutin olahraga pun tetap berisiko jika duduk terlalu lama tanpa jeda.
Maka dari itu, kata dr Widya, seseorang yang duduk lebih dari satu jam per sesi bisa meningkatkan risiko kematian. “Intinya kita harus jeda aktivitas duduk dengan gerakan ringan seperti berdiri dan berjalan sebentar,” saran dr Widya.
Secara umum, lanjut dia, ada beberapa mekanisme yang berkaitan antara duduk terlalu lama dan masalah kesehatan. Duduk dalam waktu lama menyebabkan rendahnya METs sehingga metabolisme tubuh menjadi tidak terlalu aktif. Selain itu, duduk terlalu lama juga menyebabkan otot-otot tubuh melemah dan mengurangi massanya.
“Apabila semua hal tersebut terjadi dalam waktu lama, maka akan menyebabkan penumpukan kadar gula darah, kadar kolesterol darah, aliran darah menjadi kurang, melemahkan otot, hingga meningkatkan risiko kepikunan dan kematian dini,” kata dia.
Untuk menghindari risiko kesehatan akibat mager, dr Widya menyarankan untuk tetap aktif. Misalnya meluangkan untuk bergerak setiap sesi duduk, memilih berdiri di angkutan umum, hingga mengikuti kelas olahraga rutin. Tidak hanya itu, ia juga menyarankan untuk menyediakan saran pendukung agar tubuh tetap aktif seperti sepatu olahraga, alat workout sederhana, hingga pakaian nyaman untuk bergerak.
“Pada dasarnya, tubuh kita memang diciptakan untuk aktif. Jadi ayo bergerak jangan terus menerus mager,” kata dia.