Rabu 16 Apr 2025 16:50 WIB

Anak Dewasa Masih Tinggal di Rumah Orang Tua, Ini Aturan yang Perlu Dipertimbangkan

Ada tantangan yang muncul dari dinamika keluarga yang lebih kompleks.

Rep: Mgrol156/ Red: Qommarria Rostanti
Anak dewasa yang masih tinggal bersama orang tua (ilustrasi).
Foto: Dok. Freepik
Anak dewasa yang masih tinggal bersama orang tua (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena anak-anak dewasa yang kembali atau tetap tinggal bersama orang tua umum terjadi di berbagai belahan dunia. Faktor-faktor seperti dampak ekonomi pandemi global, inflasi yang terus merangkak naik, dan lonjakan harga sewa properti telah mengubah lanskap demografi keluarga secara signifikan.

Data terbaru dari Survei Pusat Penelitian Pew menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya sejak era The Great Depression (krisis ekonomi global yang terjadi dari tahun 1929 hingga 1939), lebih dari separuh orang dewasa muda berusia 18 hingga 29 tahun kini memilih tinggal di bawah atap yang sama dengan orang tua mereka. Perubahan ini menghadirkan dinamika baru dalam kehidupan keluarga, di mana kebiasaan dan harapan lama bertemu dengan pengaturan tempat tinggal yang berbeda.

Baca Juga

Ketika anak dewasa memutuskan untuk tinggal bersama orang tua, ada berbagai manfaat finansial dan emosional yang mungkin Anda rasakan dari kehidupan multigenerasi dalam satu rumah. Dari berbagi biaya rumah tangga hingga mempererat ikatan keluarga, kehadiran anak dewasa dapat membawa warna tersendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, ada tantangan yang muncul dari dinamika keluarga yang lebih kompleks. Perbedaan gaya hidup, ekspektasi yang tidak selaras, dan batasan yang kabur dapat menjadi sumber potensi ketegangan dalam rumah tangga.

Menurut para ahli psikologi keluarga dan hubungan, kunci untuk mengurangi potensi ketegangan tersebut adalah dengan memprioritaskan komunikasi yang terbuka dan menetapkan aturan yang jelas dan disepakati bersama. Aturan-aturan ini berfungsi sebagai panduan yang membantu memperjelas batasan, tanggung jawab, dan harapan masing-masing anggota keluarga.

Dengan adanya aturan yang dipahami dan dihormati oleh semua pihak, kehidupan bersama dapat berjalan lebih harmonis dan menghindari konflik yang tidak perlu. Dilansir laman Best Life pada Rabu (16/4/2025), berikut ini adalah enam aturan penting yang perlu Anda terapkan jika anak dewasa Anda tinggal di rumah:

1. Anak harus berkontribusi terhadap pengeluaran rumah tangga

Ketika anak masih kecil, mungkin tidak ada ekspektasi bagi mereka untuk berkontribusi secara finansial terhadap pengeluaran keluarga. Namun, situasinya berubah ketika mereka telah dewasa dan mungkin sudah mulai bekerja.

Diskusi mengenai bagaimana ekspektasi ini dapat berubah jika anak Anda mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih tinggi atau lebih rendah juga penting untuk dilakukan. "Adalah masuk akal untuk membahas harapan kontribusi finansial, dan terutama apa yang terjadi jika mereka menganggur," kata seorang konselor berlisensi dan pemilik Just Mind Counseling., William Schroeder, LPC. Dengan adanya kontribusi finansial dari anak dewasa, tercipta rasa tanggung jawab bersama dan keadilan dalam pengelolaan keuangan rumah tangga.

2. Pekerjaan rumah adalah bagian dari kesepakatan

Meskipun sumber daya keuangan anak dewasa mungkin terbatas, masih ada cara berharga lain yang dapat mereka lakukan untuk berkontribusi pada kelancaran kehidupan rumah tangga, yaitu melalui partisipasi aktif dalam pekerjaan rumah. Menetapkan ekspektasi yang jelas mengenai pembagian tugas dan standar kebersihan dapat membantu menghindari frustrasi di masa depan dan secara signifikan meringankan beban pekerjaan rumah tangga yang seringkali diemban oleh orang tua.

Setidaknya, anak harus bertanggung jawab penuh untuk membersihkan dan menjaga kerapian area pribadi mereka, termasuk kamar tidur dan kamar mandi pribadi jika ada. Namun, para ahli menyarankan agar mereka juga bersedia untuk berkontribusi lebih luas, seperti membersihkan area umum (ruang tamu, dapur, ruang makan), mencuci piring, memasak untuk keluarga sesekali, membuang sampah secara teratur, dan melaksanakan tugas-tugas lain sesuai kebutuhan rumah tangga.

Berbagi ruang berarti berbagi tanggung jawab untuk menjaga kerapiannya. Hal ini dinilai mampu mendorong rasa saling menghormati dan memastikan semua orang merasa seperti di rumah, bukan sekadar seperti tamu yang hanya memanfaatkan fasilitas tanpa memberikan kontribusi. Pembagian tugas rumah yang adil menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama terhadap lingkungan tempat tinggal.

3. Anak harus mematuhi kebijakan tamu

Dinamika sosial orang dewasa sangat berbeda dengan dinamika sosial remaja. Oleh karena itu, penting untuk membicarakan batasan apa pun yang mungkin orang tua miliki terkait dengan penerimaan tamu di rumah.

Tujuannya adalah untuk menghargai kedewasaan dan otonomi anak yang sudah dewasa, sambil tetap menetapkan ekspektasi yang memungkinkan di mana anak merasa nyaman dan memiliki kendali atas rumah orang tua.

Misalnya, orang tua mungkin tidak keberatan jika anak menerima satu atau dua teman untuk berkunjung, tetapi orang tua mungkin lebih suka jika mereka tidak mengadakan pertemuan besar atau pesta di rumah tanpa pemberitahuan atau persetujuan sebelumnya. Atau, orang tua mungkin tidak masalah jika anak mengadakan pertemuan besar sesekali, tetapi orang tua mungkin memiliki preferensi terkait dengan konsumsi alkohol di rumah.

4. Anak harus menetapkan tujuan pengembangan pribadi

Selain menetapkan aturan dan ekspektasi untuk anak yang sudah dewasa, akan sangat berguna jika orang tua juga mendorong mereka untuk menetapkan harapan dan tujuan bagi diri mereka sendiri selama mereka tinggal di rumah keluarga. Dengan mendorong mereka untuk mengidentifikasi tujuan pengembangan pribadi yang ingin mereka capai selama periode tinggal bersama, orang tua dapat membantu mencegah anak merasa terjebak, tidak berkembang, atau hanya memanfaatkan rumah orang tua sebagai tempat berlindung tanpa adanya kemajuan dalam hidup mereka.

5. Anak dapat tinggal selama yang orang tua katakan

Dalam beberapa situasi, orang tua mungkin mengizinkan anak-anak dewasa mereka untuk tinggal di rumah keluarga selama yang mereka perlukan atau inginkan, terutama jika ada kondisi khusus seperti kesulitan ekonomi yang parah atau kebutuhan perawatan kesehatan. "Namun, jika tidak ada kondisi khusus seperti itu, sebaiknya orang tua menetapkan ekspektasi yang jelas mengenai durasi tinggal mereka," kata Najamah Davis, MSW, LCSW, seorang pekerja sosial klinis berlisensi.

"Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki rencana atau preferensi untuk jangka waktu tinggal tertentu, penting untuk mendiskusikan hal ini secara terbuka dan jujur dengan anak Anda yang sudah dewasa," ujarnya dia lagi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement