REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah sebulan menjalani puasa Ramadhan, tubuh mengalami perubahan dalam metabolisme, tingkat hidrasi dan keseimbangan nutrisi. Oleh karena itu, penting untuk me-reset kembali tubuh agar kesehatan tetap terjaga dalam jangka panjang.
Dokter spesialis penyakit dalam di Prime Hospital Dubai, Shyam Rajamohan, mengatakan selama Ramadhan tubuh secara alami masuk ke mode detoksifikasi. Ia mengingatkan umat Islam untuk tidak langsung mengonsumsi makanan tinggi gula, lemak, dan bahan olahan setelah Ramadhan.
“Sebaiknya, perbanyak sayuran hijau, protein, serta karbohidrat yang baik. Pastikan juga untuk minum lebih banyak air, sekitar 2-3 liter per hari agar ginjal tetap sehat dan elektrolit yang hilang bisa kembali seimbang,” kata Rajamohan seperti dilansir laman Gulf News, Ahad (30/3/2025).
Selain pola makan, dr Rajamohan juga menekankan pentingnya memperbaiki pola tidur setelah Ramadhan. Usahakan kembali ke pola tidur semula secara bertahap.
“Bangun lebih pagi, berolahraga, sarapan dengan makanan sehat dan baik, serta hindari tidur kembali setelah sarapan,” kata dia.
Dokter spesialis penyakit dalam di Aster Clinic Halwan, dr Soubhi Ayoubi, juga menyarankan agar masyarakat melakukan pemeriksaan kesehatan setelah Ramadhan untuk memastikan kondisi tubuh tetap optimal. Menurutnya, puasa dapat memberikan efek pada tubuh, sehingga penting untuk melakukan skrining kesehatan dalam 1-2 pekan setelah Ramadhan.
“Periksakan tekanan darah, kadar kolesterol, diabetes, fungsi ginjal, dan kadar elektrolit. Pemeriksaan ini dapat membantu mendeteksi potensi masalah kesehatan sejak dini, sehingga dapat dilakukan intervensi tepat waktu,” kata Ayoubi.
Untuk menjaga kesehatan setelah Ramadhan, ia juga merekomendasikan pola makan seimbang, tetap terhidrasi, dan pemeriksaan kesehatan rutin. Selain itu, dia juga menyarankan olahraga setidaknya 30 menit per hari.
“Kelola stres juga penting. Lakukan aktivitas yang dapat mengurangi stres seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan,” ujarnya.