Kamis 13 Mar 2025 09:50 WIB

Lebih dari Separuh Orang Dewasa Diprediksi Obesitas pada 2050

Faktor utama di balik epidemi obesitas adalah gaya hidup yang tidak aktif.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Obesitas (ilustrasi). Penelitian memproyeksikan bahwa pada 2050 lebih dari 57,4 persen pria dan 60,3 persen wanita di dunia akan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Foto: www.freepik.com
Obesitas (ilustrasi). Penelitian memproyeksikan bahwa pada 2050 lebih dari 57,4 persen pria dan 60,3 persen wanita di dunia akan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Obesitas telah lama diklasifikasikan sebagai epidemi global. Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet menunjukkan betapa seriusnya masalah ini pada masa depan.

Sebuah tim peneliti menemukan bahwa pada 2021, satu miliar pria dan 1,11 miliar wanita berusia di atas 25 tahun di seluruh dunia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, dua kali lipat jumlahnya dibandingkan tahun 1990. Pada 2021, lebih dari separuh orang dewasa di dunia yang kelebihan berat badan dan obesitas tinggal di delapan negara yakni China (402 juta), India (180 juta), AS (172 juta), Brasil (88 juta), Rusia (71 juta), Meksiko (58 juta), Indonesia (52 juta), dan Mesir (41 juta).

Baca Juga

Jika tren ini terus berlanjut, penelitian memproyeksikan bahwa pada 2050 lebih dari 57,4 persen pria dan 60,3 persen wanita di dunia akan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Tiga negara yang diperkirakan memiliki tingkat kelebihan berat badan atau obesitas tertinggi pada 2050 adalah China (627 juta orang), India (450 juta) dan Amerika Serikat (214 juta).

Studi tersebut juga menemukan bahwa pada 2050, hampir seperempat orang dewasa yang mengalami obesitas akan berusia 65 tahun atau lebih. Para peneliti menganalisis data dari Global Burden of Diseases, Injuries, and Risk Factors Study yang mencakup 204 negara dan wilayah.

Peneliti studi dari University of Washington, Prof Emmanuela Gakidou, menyebut situasi ini sebagai tragedi besar dan kegagalan sosial yang monumental. Pasalnya, lebih banyak anak muda yang mengalami obesitas.

“Hal ini meningkatkan risiko penyakit terkait obesitas seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular, dan berbagai jenis kanker,” kata peneliti seperti dilansir laman Fox News, Rabu (12/3/2025).

Namun demikian, para peneliti mengakui ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, seperti ketergantungan pada data yang dilaporkan sendiri serta pengunaan indeks massa tubuh (BMI) yang tidak mempertimbangkan perbedaan struktur tubuh di berbagai kelompok etnis. Brett Osborn, seorang ahli bedah saraf di Florida, menyebut obesitas sebagai ancaman kesehatan terbesar yang dapat dimodifikasi terhadap umur panjang, stabilitas ekonomi, dan keamanan nasional.

“Namun, alih-alih menghadapi masalah ini secara langsung, budaya kita terus memanjakan kebiasaan buruk, menormalkan obesitas, dan mengabaikan tanggung jawab pribadi," kata dia.

Menurut Osborn, faktor utama di balik epidemi obesitas adalah gaya hidup yang tidak aktif, konsumsi makanan ultraproses, serta pola pikir yang mengandalkan obat untuk setiap masalah. “Dan jika proyeksi tahun 2050 terjadi, penyakit terkait obesitas akan melumpuhkan sistem global. Karena itu, perlu ada modifikasi dari sekarang,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement