Selasa 11 Mar 2025 05:31 WIB

Psikolog Ungkap Cara Tepat Bantu Teman Korban Perundungan

Beri ruang bagi korban perundungan untuk menceritakan apa yang mereka alami.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Korban perundungan (ilustrasi). Psikolog membagikan kiat yang bisa dilakukan saat melihat teman menjadi korban bullying atau perundungan terutama di sekolah.
Foto: Republika/Mardiah
Korban perundungan (ilustrasi). Psikolog membagikan kiat yang bisa dilakukan saat melihat teman menjadi korban bullying atau perundungan terutama di sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perundungan atau bullying menjadi masalah serius yang bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekolah. Melihat teman menjadi korban perundungan tentu bukan hal menyenangkan. Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk membantu teman jika mengalami perundungan.

Psikolog klinis anak dan keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI), Anna Surti Ariani, membagikan kiat yang bisa dilakukan saat melihat teman menjadi korban bullying atau perundungan terutama di sekolah. Menurut dia, hal yang bisa dilakukan salah satunya dengan melaporkan kepada pihak bisa memberikan bantuan.

Baca Juga

"Pelaporan itu jadi salah satu yang perlu kita lakukan. Kalau di sekolah berarti bisa melapor kepada guru bimbingan konseling (BK), atau kepada kepala sekolah, wali kelas, ataupun guru-guru yang memang bertanggung jawab," kata Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si, dalam diskusi tanya jawab di kawasan Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (10/3/2025).

Psikolog yang akrab disapa Nina itu juga menyarankan ketika melihat teman menjadi korban bullying hal yang bisa dilakukan dengan memberikan psychological first aid atau dukungan psikologis awal. "Di luar kita melaporkan, sebetulnya salah satu yang sangat penting untuk kita lakukan adalah memberikan dukungan psikologis awal. Ini kalau program pemerintahnya adalah P3LP atau Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis," ujarnya.

Dia menjelaskan dalam hal ini langkah yang bisa dilakukan seperti memperhatikan kondisi korban dan memberinya kenyamanan fisik. "Lihat dulu kondisi si korban ya, apakah dia kelihatannya misalnya nge-drop banget mungkin ada bantuan-bantuan tambahan yang bisa kita berikan seperti mengajak atau memapah dia ke tempat yang lebih aman. Kemudian kita bisa kasih minum," ujarnya.

Anna menyarankan agar bisa memberi dukungan emosional dan menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi korban. Beri ruang bagi korban untuk menceritakan apa yang mereka alami.

"Ketika kita jadi teman ceritanya korban, itu kalau bisa jangan judgmental, jangan menghakimi. Kita perlu jadi temannya korban, bisa bilang 'kalau misalnya kamu mau cerita, aku di sini, aku dengerin kamu kalau kamu gak mau cerita, gak apa-apa aku disini nemenin kamu'," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement