Rabu 18 Dec 2024 10:19 WIB

Alami Sakit Kepala Hebat, Kapan Harus Waspada?

Beberapa gejala sakit kepala diduga akibat pecahnya pembuluh darah di otak.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang pria sakit kepala hebat (ilustrasi). Dokter menekankan pentingnya mewaspadai sakit kepala hebat, yang mungkin muncul karena pelebaran pembuluh darah otak.
Foto: www.freepik.com
Seorang pria sakit kepala hebat (ilustrasi). Dokter menekankan pentingnya mewaspadai sakit kepala hebat, yang mungkin muncul karena pelebaran pembuluh darah otak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sakit kepala adalah keluhan umum yang sering dialami banyak orang. Namun, sakit kepala hebat yang datang tiba-tiba dan terasa sangat menyakitkan tidak boleh diabaikan.

Dokter spesialis syaraf menekankan pentingnya mewaspadai sakit kepala hebat, yang mungkin muncul karena pelebaran pembuluh darah otak atau stroke, gangguan pasokan darah ke otak akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. "Ada istilah yang disebut the worst headache of my life, jadi kalau nyeri kepala hebat yang tidak seperti biasanya, itu harus dianggap bukan nyeri kepala biasa," kata Prof Dr dr Yuda Turana, Sp.S (K) saat dihubungi pada Rabu (18/12/2024).

Baca Juga

Dokter lulusan Universitas Indonesia yang berpraktik di Rumah Sakit Atma Jaya itu menyampaikan bahwa ada dua jenis sakit kepala yang tidak biasa, yakni sakit kepala spontan dengan intensitas rasa sakit amat tinggi serta sakit kepala sakit kepala disertai gangguan neurologis spesifik. Menurut dia, sakit kepala yang muncul secara spontan dengan intensitas rasa sakit amat tinggi dikhawatirkan terjadi karena stroke atau aneurisme, pembuluh darah yang mengembang.

Gejala sakit kepala yang dapat dicurigai terjadi akibat pecahnya pembuluh darah pada otak meliputi gejala lokal berupa adanya darah yang keluar dari pembuluh darah di lokasi yang spesifik. "Misalnya pecahnya mengenai pusat penglihatan, jelas gejala awalnya pasien mengeluh penglihatan kabur, atau kalau pecah dipusat bicara, tentu tidak bisa bicara. Kalau kenanya di pusat motorik tiba-tiba dia lumpuh," kata Prof Yuda.

Selain itu, ia melanjutkan, ada pula gejala yang tidak bisa ditentukan lokasi asalnya maupun tingkat pendarahannya. "Dimanapun letaknya, kalau darahnya banyak pasti kesadaran menurun. Jadi, gejalanya apa, itu tergantung volume besarnya. Bisa dari sakit kepala sampai kesadaran menurun, kedua tergantung lokasi, bisa menimbulkan gejala spesifik mulai dari gangguan motorik," ujarnya.

Sakit kepala yang disertai dengan gangguan neurologis spesifik misalnya sakit kepala yang dirasa membuat penglihatan menjadi berbayang. Menurut Prof Yuda, dalam hal ini penderita bisa pula merasakan kesemutan atau kelemahan pada salah satu sisi kepala sehingga merasa terganggu ketika menelan makanan. Ia mengatakan bahwa obat pereda nyeri tidak efektif digunakan untuk mengatasi sakit kepala yang hebat.

Pereda nyeri hanya bisa mengurangi gejala, tidak mengatasi penyebabnya. "Obat nyeri kepala itu obat yang simtomatik, hanya mengurangi keluhan. Tapi, kalau seseorang mengalami nyeri kepala yang hebat tidak seperti biasanya, terlepas dari pertolongan pertama mengurangi nyeri, dia harus peduli bahwa itu ada sesuatu di kepala," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement