Senin 02 Dec 2024 09:28 WIB

Jejak Kaki Manusia Purba Usia 1,5 Juta Tahun Ditemukan di Kenya

Ilmuwan menemukan 2 pola berjalan berbeda yang terawetkan dalam jejak-jejak kuno ini.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Manusia purba (ilustrasi). Para ilmuwan telah menemukan jejak kaki berusia 1,5 juta tahun di Kenya utara.
Foto: republika
Manusia purba (ilustrasi). Para ilmuwan telah menemukan jejak kaki berusia 1,5 juta tahun di Kenya utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di lanskap gersang di Kenya utara, sebuah penemuan purba memberi wawasan baru tentang evolusi manusia. Para ilmuwan telah menemukan jejak kaki berusia 1,5 juta tahun yang memberikan bukti langsung pertama bahwa dua spesies manusia purba yang berbeda, kemungkinan pernah bertemu, berbagi wilayah dan juga sumber daya.

Penelitian menarik yang dipublikasikan di jurnal Science ini berpusat pada serangkaian jejak kaki fosil yang ditemukan di sebuah lokasi yang disebut ET-2022-103-FE22 (disingkat FE22) di dekat Danau Turkana. Temuan jejak kaki ini dianggap istimewa bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga karena memberi wawasan tentang interaksi dan pola pergerakan manusia purba.

Baca Juga

Situs ini menyimpan jejak yang berkelanjutan dari satu individu dan tiga jejak kaki terisolasi dari individu yang berbeda, di mana semuanya tercetak di tanah yang dulunya basah dan berlumpur di dekat tepi danau purba. Di samping jejak kaki manusia, terdapat jejak dari berbagai hewan, termasuk jejak burung besar yang diduga marabou stork purba, serta jejak bovid dan equid (anggota keluarga kuda).

Namun yang membuat temuan ini menarik adalah perbedaan yang jelas antara jejak kaki tersebut. Tim peneliti, yang dipimpin oleh Kevin Hatala dari Chatham University menemukan dua pola berjalan berbeda yang terawetkan dalam jejak-jejak kuno ini. Satu set jejak menunjukkan karakteristik yang sangat mirip dengan jejak kaki manusia modern, sementara set lainnya menunjukkan cara berjalan yang sangat berbeda.

"Jejak kaki fosil sangat menarik karena memberikan gambaran jelas yang menghidupkan kembali kerabat fosil kita," kata Kevin Hatala, penulis pertama studi ini, dan seorang profesor biologi di Chatham University.

"Dengan data semacam ini, kita dapat melihat bagaimana individu yang hidup jutaan tahun lalu bergerak di sekitar lingkungan mereka dan berpotensi berinteraksi satu sama lain, atau bahkan dengan hewan lain. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita dapatkan dari tulang atau alat batu," tambah dia, dilansir Study Finds, Senin (2/12/2024).

Melalui analisis yang cermat dengan menggunakan teknologi pencitraan 3D yang canggih, tim peneliti mengidentifikasi dua pola pergerakan yang berbeda pada jejak kaki manusia. Jejak yang berkelanjutan menunjukkan bukti seseorang berjalan dengan kecepatan 1,81 meter per detik, tetapi dengan mekanisme kaki yang sangat berbeda dari manusia modern. Jejak ini lebih datar dan menunjukkan tanda-tanda jempol kaki yang lebih bergerak. Sebaliknya, jejak kaki yang terisolasi lebih mirip dengan pola lengkungan dan keselarasan jari kaki yang terlihat pada kaki manusia modern.

"Dalam antropologi biologi, kami selalu tertarik untuk menemukan cara-cara baru untuk mengekstrak perilaku dari catatan fosil, dan ini adalah contoh yang bagus," kata Rebecca Ferrell, direktur program di National Science Foundation.

Perbedaan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa jejak-jejak ini dibuat oleh dua spesies manusia purba yang berbeda: Homo erectus dan Paranthropus boisei. Homo erectus sering dianggap sebagai nenek moyang langsung kita, dan diperkirakan berjalan dengan cara yang sangat mirip dengan manusia modern. Sementara itu, Paranthropus boisei adalah spesies yang lebih kuat dengan bentuk tubuh yang jelas berbeda dan, seperti yang ditunjukkan oleh jejak-jejak kaki ini, cara berjalan yang berbeda.

Lingkungan pinggiran danau tempat jejak-jejak ini diawetkan menawarkan potret langka kehidupan purba yang membeku dalam waktu. Jejak kaki ini dibuat dalam beberapa jam atau hari satu sama lain, menunjukkan bahwa kedua spesies ini tidak hanya tinggal di wilayah umum yang sama, tetapi juga secara aktif menggunakan tempat yang sama pada waktu yang hampir bersamaan.

Yang sangat menarik adalah bahwa pola hidup berdampingan ini muncul berulang kali dalam catatan fosil di wilayah ini antara 1,4 dan 1,6 juta tahun lalu. Beberapa situs menyimpan bukti dari dua gaya berjalan yang berbeda ini, yang mengindikasikan bahwa ini bukan hanya satu kali pertemuan, melainkan sebuah pola penggunaan habitat bersama yang berkelanjutan.

"Ini membuktikan tanpa keraguan bahwa tidak hanya satu, tapi dua hominin yang berbeda berjalan di permukaan yang sama, secara harfiah dalam waktu beberapa jam satu sama lain," kata peneliti.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement