Selasa 27 Aug 2024 12:59 WIB

Antisipasi Ancaman Mpox, 8 Hal Ini Perlu Dilakukan di Indonesia Menurut Ahli Kesehatan

Jika sudah ada kasus Mpox di Indonesia, maka dinilai perlu penelusuran kontak.

Cacar monyet atau Mpox (ilustrasi). Setidaknya ada 8 langkah yang harus dilakukan Indonesia untuk mencegah penularan cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) (ilustrasi).
Foto: Pixabay
Cacar monyet atau Mpox (ilustrasi). Setidaknya ada 8 langkah yang harus dilakukan Indonesia untuk mencegah penularan cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Mpox di dunia terus merebak, dan bahkan kini sudah "sampai" di negara tetangga kita, Thailand. Setidaknya ada delapan langkah yang perlu dilakukan di Indonesia untuk mengantisipasi Mpox. Apa saja? Berikut ini penjelasan dari Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI

sekaligus mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama.

Baca Juga

Pertama adalah surveilan, agar semua suspek kasus dimanapun dipelosok negeri kita dapat di deteksi dan ditemukan dengan baik. "Karena daerah kita sangat luas maka kegiatan surveilan memang harus amat ekstensif," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Selasa (27/8/2024).

Kedua, kalau sudah dideteksi maka harus tersedia alat tes diagnosis yang akurat di tempat yang diperlukan, baik dalam bentuk PCR dan juga pemeriksaan biomolekuler. Ketiga, kata Prof Tjandra, yaitu jika sudah ada kasus maka harus dilakukan penelusuran kontak, kira-kira sama seperti kegiatan pada waktu Covid-19.

Keempat, pada mereka yang sakit (apalagi kalau terkena Clade 1b) maka harus disediakan fasilitas pengobatannya. "Setidaknya ada empat faktornya yakni tenaga kesehatan terlatih, ruang isolasi dan sarana prasaranya, obat yang tepat, seperti tecovirimat (TPOXX, ST-246) dll dan penetapan masa isolasi dan karantina untuk suspek," kata dia menjelaskan.

Kelima adalah vaksinasi, setidaknya dalam dua jenis. Pertama adalah “PEPV (post exposure prevention vaccine)” yang diberikan pada mereka yang diduga tertular / kontak erat, dan jenis ke dua adalah “PPV (primary prevention vaccine)” yang di berikan pada kelompok risiko tinggi.

Keenam adalah tentang pengetatan di pintu masuk negara. Prof Tjandra mengatakan, hal ini harus diimbangi dengan penguatan sistem kesehatan dalam negeri, karena karantina tidak akan dapat menjamin sepenuhnya ada tidaknya kasus yang masuk, apalagi kalau pendatangnya belum ada gejala.

Kegiatan ketujuh yang amat penting menurut dia adalah penyuluhan kesehatan yang luas ke masyarakat. Dia menyebut masyarakat perlu mengetahui bagaimana cara penularan dan pencegahannya.

Kedelapan, karena ini adalah masalah dunia maka Indonesia dinilai perlu terus berkoordinasi dengan organisasi internasional seperti WHO. "Khusus untuk Mpox sekarang ini maka sudah pernah pula ada pernyataan dari CDC Afrika. Saya sudah sejak lama mengusulkan agar ada juga dibentuk CDC ASEAN agar kita dapat berkoordimnasi lebih baik di kawasan Asia Tenggara," ujarnya.

Prpf Tjandra berharap Indonesia melakukan tindakan maksimal yang tepat. Tujuannya untuk mencegah penyakit ini merebak makin luas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement