Senin 19 Aug 2024 14:24 WIB

Tertular Mpox? Dokter Ingatkan Jangan Garuk dan Pencet Lesi di Kulit, Ini Bahayanya

Pasien Mpox diimbau tidak berbagi barang pribadi seperti handuk dan pakaian.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Pasien cacar monyet atau Monkeypox (Mpox). Dokter mengimbau pasien terinfeksi Mpox tidak memencet dan menggaruk lesi di kulit.
Foto: www.freepik.com
Pasien cacar monyet atau Monkeypox (Mpox). Dokter mengimbau pasien terinfeksi Mpox tidak memencet dan menggaruk lesi di kulit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan meningkatnya kasus monkeypox atau cacar monyet (Mpox) di berbagai negara, para ahli kesehatan kembali mengingatkan masyarakat akan pentingnya penanganan yang tepat terhadap lesi kulit yang muncul akibat infeksi virus ini. Dokter mengimbau siapapun yang dicurigai terinfeksi Mpox dan muncul gejala untuk tidak memencet atau menggaruk lesi di kulit.

Lesi kulit yang muncul akibat infeksi Mpox umumnya berupa ruam yang berisi cairan. Baik lesi yang masih basah maupun yang sudah mengering, sama-sama berpotensi menularkan virus. Memencet atau menggaruk lesi dapat menyebabkan cairan dari dalam lesi keluar dan menyebar ke area kulit lainnya atau bahkan ke orang lain, sehingga meningkatkan risiko penularan.

Baca Juga

Dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) Prasetyadi Mawardi mengimbau siapa pun yang dicurigai terinfeksi Mpox dan muncul gejala untuk tidak memencet dan menggaruk lesi di kulit, dan sebaiknya membiarkan lesi tersebut. Sebab, lesi tersebut, baik yang basah maupun yang sudah mengering, berisiko menularkan virus.

"Pasien juga tidak boleh berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Apabila terdapat benjolan atau bintil dan mengalami luka atau erosif, sebaiknya segera diberi obat," kata dia, Senin (19/8/2024).

Dia mengatakan varian Mpox Clade I, baik 1a maupun 1b, belum terdeteksi di Indonesia. Sejak 2022 hingga saat ini varian yang ditemukan di Indonesia adalah varian Clade II. "Clade I memang menurut refleksi angka fatalitas rate-nya relatif lebih tinggi dibanding Clade II, terus kemudian varian ini biasanya disebabkan oleh kontak erat, tidak melulu seksual kontak," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement