Kamis 01 Aug 2024 17:12 WIB

Paparan Polusi Udara Jangka Panjang Tingkatkan Risiko Kanker Paru

Paparan polusi udara menyebabkan masalah pada organ paru, termasuk kanker paru.

Paru-paru (ilustrasi). Dokter spesialis paru mengingatkan paparan polusi udara yang berlangsung secara terus menerus bisa menyebabkan masalah pada organ paru termasuk potensi kanker paru.
Foto: Republika
Paru-paru (ilustrasi). Dokter spesialis paru mengingatkan paparan polusi udara yang berlangsung secara terus menerus bisa menyebabkan masalah pada organ paru termasuk potensi kanker paru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Udara yang kita hirup setiap hari seharusnya menjadi sumber kehidupan. Namun kini kualitas udara semakin memburuk akibat polusi.

Paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama pada organ paru-paru. Dokter spesialis paru mengingatkan paparan polusi udara yang berlangsung secara terus menerus bisa menyebabkan masalah pada organ paru termasuk potensi kanker paru.

Baca Juga

Dia mengatakan, kualitas udara yang tidak sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai masalah atau penyakit yang bisa terjadi pada paru. "Ada individu yang dengan kualitas udara tidak bagus selama bertahun-tahun sudah cukup menjadi satu faktor risiko yang memiliki kaitan erat dengan kejadian kanker paru," kata dr Wily Pandu Ariawan, Sp. P.K.R, Subsp Onk.T. (K) dalam acara daring, Rabu (31/7/2024).

Menurut Wily, selain kualitas udara tak sehat atau polusi udara, paparan asap rokok, gaya hidup tak sehat, berada di lingkungan kerja yang bersinggungan dengan zat bersifat karsinogenik, mengalami stres tinggi terus menerus juga menjadi faktor risiko lainnya masalah pada paru termasuk kanker paru. Oleh karena itu, dia menyarankan mereka dengan faktor risiko ini menjalani pemeriksaan pencitraan dengan dosis radiasi lebih rendah (low dose ct-scan) untuk mendeteksi dini kanker paru.

"Yang perlu dilakukan skrining, usia 45 tahun masih merokok atau berhenti merokok kurang dari 15 tahun, atau ada orang yang batuk lama tapi usianya 45 tahun, perokok aktif, perokok pasif, gaya hidup tak sehat," kata dia.

Adapun kanker paru terjadi akibat perubahan sifat genetik dari sel-sel di epitel saluran napas. Kondisi ini berkaitan dengan paparan langsung dengan zat-zat bersifat karsinogenik yang masuk ke saluran napas.

"Zat yang paling erat kaitannya yakni asap rokok, polusi udara," ujar Wily yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah itu.

Di Indonesia, berdasarkan data lobal Burden of Cancer (Globocan) 2020, jumlah kasus baru kanker paru menempati urutan ke-3 (8,8 persen), setelah kanker payudara (16,6 persen), dan kanker serviks (9,2 persen). Kanker paru dikatakan merupakan jenis kanker yang paling banyak yang terjadi pada laki-laki (14,1 persen).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement