Sabtu 27 Jul 2024 12:24 WIB

Bahaya Asap Rokok dan Polusi Udara untuk Kulit Bayi

Asap rokok dan polusi udara menyebabkan bakteri baik di kulit menjadi bakteri jahat.

Bayi baru lahir (ilustrasi). Asap rokok dan polusi udara di kota besar disebut dapat berdampak pada kesehatan kulit anak yang menyebabkan terjadinya iritasi.
Foto: AP/VOA
Bayi baru lahir (ilustrasi). Asap rokok dan polusi udara di kota besar disebut dapat berdampak pada kesehatan kulit anak yang menyebabkan terjadinya iritasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asap rokok dan polusi udara di kota besar disebut dapat berdampak pada kesehatan kulit anak yang menyebabkan terjadinya iritasi. Dokter spesialis anak dr Dimple Nagrani mengatakan, radikal bebasnya akan tertransfer ke kulit bayi.

"Itu bisa menyebabkan gatal-gatal di kulit, bisa menyebabkan kulit iritasi, jadi bukan hanya menyebabkan asma yang kita sebut passive smoking," kata dokter lulusan Universitas Indonesia ini dalam acara diskusi kesehatan kulit di Jakarta, Jumat (26/7/2024).

Baca Juga

Dimple mengatakan radikal bebas seperti asap rokok dan polusi udara dapat menyebabkan bakteri baik di kulit berubah menjadi bakteri jahat dan menyerang skin barrier anak. Anak juga jadi mudah sakit karena kulit yang rusak menyebabkan pori-pori membesar sehingga kuman dan bakteri mudah masuk ke tubuh.

Selain kebiasaan merokok, kebiasaan dalam memilih sabun dengan busa banyak juga ternyata tidak berpengaruh pada kebersihan kulit. Busa yang banyak, kata Dimple, tidak menjamin tubuh anak bersih dari kuman. Maka perlu perhatian orang tua untuk memilih sabun anak yang tidak terlalu banyak busa untuk menjaga kesehatan kulitnya.

"Kita nggak membutuhkan busa untuk membersihkannya, kita tahu buat anak kecil malah banyak produk yang memang nggak terlalu berbuih itu bisa menjaga kesehatan kulit anak, jadi itu harus diperhatikan juga," ucapnya.

Dalam kebiasaan mandi Dimple juga menyarankan cukup dua kali sehari dengan air dingin atau hangat dan jangan terlalu sering mandi dalam sehari karena bisa membuat lapisan minyak alami di kulit menghilang. Jika anak terlihat menggaruk badannya, ada baiknya jangan langsung memberikan obat gatal. Pastikan eliminasi penyebab gatal dari produk yang dipakai, lingkungan tempat tinggal dan makanan.

Namun jika anak terus menggaruk sampai mengganggu waktu tidur dan menjadi tantrum, Dimple menyarankan untuk dibawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. "Kelihatan kulitnya merah nggak hilang pakai produk, tunggu tujuh hari tambah buruk wajib bawa ke dokter untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut," ujar Dimple.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement