REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Albert Einstein merupakan ilmuwan yang dikenal luas dengan teori relativitas dan kontribusinya terhadap pengembangan teori mekanika kuantum. Namun, banyak orang yang mungkin belum mengetahui bahwa di pengujung hidupnya, Einstein bergelut dengan penyakit yang sulit untuk didiagnosis.
"Albert Einstein meninggal karena penyakit aorta, (dengan jenis) abdominal aortic aneurysm (AAA)," kata konsultan intervensi kardiovaskular dr Suko Adiarto SpJP(K) dalam diskusi media di Heartology Cardiovascular Hospital, Jakarta, pada Kamis (2/5/2024).
Secara umum, AAA merupakan pembesaran yang terjadi pada bagian bawah pembuluh darah utama tubuh atau aorta. Aorta adalah pembuluh darah terbesar di dalam tubuh yang cabang-cabangnya memasok darah untuk berbagai organ.
"AAA sulit ditemukan (didiagnosis) karena rongga perut itu besar, dan (aorta) bisa membesar tanpa menekan organ lain (sehingga tidak menimbulkan gejala)," kata dr Suko.
Kondisi AAA yang tak terdeteksi dan tak tertangani bisa meningkatkan risiko terjadinya pecah. Semakin besar diameter AAA, semakin tinggi pula risiko terjadinya pecah aorta.
"Kalau diameternya mencapai delapan cm, hampir pasti dalam lima tahun akan pecah. Kalau pecah, mengingat aorta adalah pembuluh darah paling besar, darah akan tumpah (di dalam perut), dalam hitungan detik bisa meninggal." tutur dr Suko.
Karena sering tak bergejala, AAA biasanya ditemukan secara tidak sengaja ketika pasien sedang menjalani pemeriksaan medis untuk keluhan lain. Untuk menekan risiko terjadinya pecah, pasien AAA juga perlu mendapatkan penanganan yang komprehensif.