Sabtu 20 Apr 2024 05:01 WIB

Dimasak dengan Minyak Goreng Bekas, Makanan Jadi Mengandung Zat Perusak Otak

Banyak restoran dan rumah tangga memakai minyak berulang kali untuk menggoreng.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Pedagang menggoreng cilor (aci telor) dengan minyak bekas. Mengonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak bekas bisa bahayakan kesehatan otak.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pedagang menggoreng cilor (aci telor) dengan minyak bekas. Mengonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak bekas bisa bahayakan kesehatan otak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menggoreng adalah salah satu cara yang umum dipraktikkan warga dunia dalam mengolah bahan pangan. Dilansir The Sun, Jumat (19/4/2024), para ilmuwan dari University of Chicago di Chicago, Illinois, Amerika Serikat (AS) mempelajari pengaruh makanan yang digoreng dalam kuali besar berisi minyak goreng bekas.

Mereka menemukan bahwa minyak goreng bekas, yang digunakan untuk memasak makanan dan kemudian dipanaskan berulang, mengandung sifat yang merusak otak. Bahan berbahaya itu yang meresap ke dalam makanan yang dikonsumsi masyarakat.

Baca Juga

Restoran di berbagai belahan dunia banyak yang memakai minyak bekas untuk menggoreng makanan. Rantai makanan cepat saji biasanya menggunakan kembali minyak selama sehari, beberapa hari, atau bahkan berminggu-minggu.

Dalam penelitian tersebut, tikus dibagi menjadi lima kelompok. Masing-masing diberi makanan standar untuk dimakan, atau makanan yang dilengkapi dengan minyak wijen atau bunga matahari yang tidak dipanaskan atau dipanaskan kembali.

Minyak yang dipanaskan kembali digunakan untuk mensimulasikan efek minyak goreng yang digunakan kembali. Tikus yang mengonsumsi minyak wijen atau bunga matahari yang dipanaskan kembali mengalami peningkatan stres oksidatif dan peradangan di hati. Medical Daily melaporkan mereka juga mengalami kerusakan parah pada usus besar.

Para peneliti mengatakan bahwa perubahan pada hati berarti pengangkutan asam lemak omega-3 DHA ke otak menurun. Menurut mereka, hal ini menyebabkan tingkat degenerasi saraf yang lebih tinggi pada tikus dan keturunannya.

Tikus yang diberi makanan tinggi minyak bekas menunjukkan lebih banyak tanda-tanda peradangan di hati yang diyakini mempercepat penurunan kognitif. Penurunan kognitif merupakan cikal bakal demensia.

Para peneliti juga mendeteksi lebih banyak tanda-tanda kerusakan otak pada tikus yang diberi makanan tinggi minyak panas dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kerusakan otak yang sama tampaknya juga terjadi pada anak-anak tikus yang mengonsumsi makanan berbahaya.

"Menggoreng dengan suhu tinggi telah dikaitkan dengan beberapa gangguan metabolisme dan sepengetahuan kami, kami adalah orang pertama yang melaporkan bahwa suplementasi minyak goreng dalam jangka panjang meningkatkan degenerasi saraf," kata para ilmuwan dari University of Chicago.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement