Sabtu 13 Apr 2024 13:43 WIB

Cara Atasi Kantuk Saat Menyetir, Cocok Buat Anda yang Hadapi Arus Balik

Efek menyetir dalam keadaan mengantuk sama seperti menyetir saat mabuk.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Seseorang mengantuk sambil mengemudikan mobil (ilustrasi). Ada beberapa cara untuk mengatasi rasa kantuk yang muncul saat berkendara.
Foto: www.freepik.com
Seseorang mengantuk sambil mengemudikan mobil (ilustrasi). Ada beberapa cara untuk mengatasi rasa kantuk yang muncul saat berkendara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyetir dalam kondisi mengantuk atau drowsy driving merupakan salah satu penyebab masalah keamanan saat berkendara. Kondisi ini umumnya dipicu oleh kelelahan serta kurang tidur.

Sejumlah studi menunjukkan bahwa menyetir dalam kondisi kurang tidur memiliki efek yang mirip dengan menyetir dalam kondisi mabuk. Governors Highway Safety Association (GHSA) misalnya, menyatakan bahwa tidak tidur selama 24 jam setara dengan memiliki kadar alkohol darah sebesar 0,10 persen. Kadar alkohol darah tersebut melebihi batas legal untuk berkendara di 50 negara bagian Amerika Serikat.

Baca Juga

Pada dasarnya, siapa pun bisa mengalami drowsy driving ketika berkendara. Akan tetapi, ada beberapa kelompok yang dinilai lebih rentan untuk mengalami drowsy driving. Berikut ini adalah kelompok yang lebih berisiko mengalami drowsy driving menurut Sleep Foundation melalui laman resminya, seperti dikutip pada Sabtu (13/4/2024):

1. Sopir komersial yang mengendarai truk derek, semi truk, trailer, serta kendaraan besar lain.

2. Pekerja shift yang bekerja di malam hari atau yang bekerja dalam durasi panjang.

3. Orang-orang dengan gangguan tidur yang mengalami kurang tidur atau gangguan napas ketika tidur.

4. Orang-orang yang mengonsumsi obat dengan efek menyebabkan kantuk.

Drowsy driving dianggap sebagai ancaman keamanan berkendara karena dapat meningkat risiko terjadinya kecelakaan. Mengacu pada National High Traffic Safety Administration (NHTSA) misalnya, tercatat ada 91 ribu kecelakaan kendaraan bermotor dan hampir 800 korban jiwa pada 2017 di Amerika Serikat. Banyak dari pengendara yang terlibat dalam kecelakaan ini berkendara dalam kondisi mengantuk karena kurang tidur.

Sejumlah faktor lingkungan diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan terkait drowsy driving. Sebagian di antaranya adalah berkendara di antara pukul 0.00 hingga 06.00 dan berkendara sendirian.

Oleh karena itu, penting bagi pengendara untuk mengenali tanda-tanda drowsy driving dan melakukan antisipasi. Berikut ini adalah tanda-tanda drowsy driving yang patut diwaspadai:

1. Sering menguap atau berkedip

2. Merasa akan tidur

3. Kesulitan untuk menjaga kepala tetap tegak lurus

4. Kesulitan untuk mengingat jarak yang telah ditempuh

5. Melewatkan pintu keluar tol atau rambu-rambu lalu lintas

6. Berkendara terlalu dekat dengan mobil lainnya

7. Tak sadar keluar dari marka jalan atau menabrak trotoar

 

Bila merasa mulai mengantuk ketika berkendara, hal pertama yang harus segera dilakukan adalah berhenti berkendara. Pinggirkan kendaraan dengan aman di tempat yang kondusif dan coba tidur sekitar 20 menit atau sampai tubuh terasa segar dan siap kembali mengemudi.

 

Mengonsumsi kopi atau minuman berkafein lainnya memang dapat memberikan kesegaran untuk sementara waktu. Namun setelah efek dari kafein memudar, rasa kantuk akan kembali muncul.

 

Oleh karena itu, pengendara lebih direkomendasikan untuk minum kopi sambil tidur sejenak bila merasa ngantuk. Akan tetapi, pengendara tidak dianjurkan bila hanya mengandalkan kopi atau minuman berkafein untuk mengusir kantuk selama berkendara.

 

Dibandingkan mengatasi kantuk saat berkendara, akan jauh lebih baik bila pengendara bisa mencegah terjadinya //drowsy driving//. Berikut ini adalah empat hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya //drowsy driving// menurut //Sleep Foundation//:

 

Cukup tidur

 

Sebagian besar orang dewasa berusia 18-64 tahun membutuhkan tidur setidaknya tujuh jam per malam. Sedangkan lansia berusia 65 tahun ke atas mungkin membutuhkan durasi tidur yang lebih singkat, meski tetap direkomendasikan untuk tidur selama tujuh jam per malam.

 

Orang-orang yang tidur kurang dari tujuh jam memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terlibat dalam kecelakaan akibat //drowsy driving//. Oleh karena itu, penting untuk mencukupi kebutuhan tidur sebelum berkendara.

 

Hindari konsumsi alkohol

 

Berkendara dalam pengaruh alkohol tak hanya bisa membahayakan diri sendiri tetapi juga orang lain. Meski dalam batas yang diperbolehkan menurut hukum, konsumsi alkohol bisa meningkatkan risiko munculnya rasa kantuk ketika berkendara.

 

Oleh karena itu, hindari konsumsi alkohol sebelum berkendara. Hal lain yang perlu dihindari sebelum berkendara adalah obat-obatan yang memiliki efek menyebabkan kantuk.

 

Atur waktu berkendara

 

Hindari berkendara di antara jam 24.00 malam hingga jam 06.00 pagi. Alasannya, kecelakaan terkait //drowsy driving// paling sering terjadi di rentang waktu tersebut. Waspadai pula pengendara lain di jalan yang menunjukkan tanda-tanda //drowsy driving//.

 

Namun bila tak memungkinkan, tingkatkan kewaspadaan sebaik mungkin ketika harus berkendara di jam 24.00 malam hingga 06.00 pagi. Bila merasakan tanda-tanda //drowsy driving//, segera pinggirkan kendaraan dengan aman dan istirahat sejenak.

 

Perbaiki kebiasaan tidur

 

Tidur yang berkualitas perlu dicapai dengan kebiasaan tidur yang baik. Untuk menciptakan kebiasaan tidur yang baik, coba untuk tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari. Selain itu, buat suasana kamar yang mendukung seperti meredupkan lampu dan mendinginkan suhu kamar.

 

Hal lain yang perlu dilakukan adalah menjauhi paparan gawai sebelum tidur dan jangan meletakkan perangkat elektronik atau gawai di kamar tidur. Hindari pula konsumsi kafein sebelum jam tidur agar tidur tidak terganggu.

 

Bila tidak bisa tidur setelah berbaring di kasur selama 20 menit atau lebih, coba untuk beranjak sejenak dan pergi ke ruangan lain di rumah. Tunggu sejenak sampai tubuh terasa lelah lalu kembali ke kamar dan coba tidur kembali.

 

Hal lain yang perlu dilakukan adalah menerapkan kebiasaan yang sehat. Sebagian di antaranya adalah melakukan olahraga secara rutin dan menerapkan pola makan yang sehat. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement